[caption id="attachment_397410" align="aligncenter" width="300" caption="www.memesly.com"][/caption]
“Hai teman-teman, liburan kali ini aku mau pulang kampung nih”. “Ohh yaa, hati-hati yaa! Jangan lupa oleh-olehnya”. Atau nggak kalian nemuin yang seperti ini: “hei guys, besok gue ke Amrik nih”. Wihh seruuu! Oleh-olehnya yaa!”
Kita mungkin sering mendengar kata-kata di atas. Kata-kata yang sering kita iyakan, namun terkadang pula ada rasa berat di hati untuk melakukannya. Terkadang. Tidak sedikit dari kita yang mendapatkan hal-hal seperti itu. Namun hal seperti itu juga kita lakukan terhadap teman atau saudara kita yang hendak berpergian, termasuk penulis. Namun setelah baca salah satu artikel tentang hal tersebut, penulis mulai menahan hal tersebut. Pada artikel ini, penulis ingin menulis kembali bahasan tentang etika tidak meminta oleh-oleh pada teman yang hendak berpergian, tentunya dengan penambahan argumen dan bahasa yang segar.
Traveling merupakan hal menyenangkan. Traveling merupakan ajang untuk menyegarkan pikiran setelah penat dengan rutinitas baik itu pekerjaan, kuliah atau yang lainnya yang monoton kita lakukan dalam periode waktu tertentu. Traveling dapat berupa jalan-jalan ke luar kota, ke luar negeri, mengunjungi tempat-tempat baru yang belum pernah dikunjungi atau hanya sekedar pulang kampung bagi orang-orang yang merantau. Rencana traveling biasanya sudah disiapkan jauh-jauh hari dengan persiapan yang cukup matang. Mulai dari waktu, rencana destinasi, pemesanan tiket dan perbekalan selama traveling. Ketika mendekati hari H, kita biasanya berpamitan dengan teman, saudara atau orang-orang terdekat yang lain. Sudah jamak kata-kata yang muncul yaitu hati-hati di jalan dan oleh-oleh atau buah tangan.
Buah tangan atau lebih populer “oleh-oleh” sebenarnya sungguh sangat memberatkan bagi orang yang hendak berpergian. Betapa tidak, bagi traveler, persiapan baik uang maupun perbekalan yang direncanakan biasanya sudah pas. Ketika harus membawakan oleh-oleh, ia harus mengeluarkan uang berlebih untuk membelikan oleh-oleh. Terkadang kita juga tidak sadar, ketika kita meminta oleh-oleh apakah kita memberikan uang? Kebanyakan tidak.
Terlebih lagi, oleh-oleh hanya akan memberatkan barang bawaan bagi traveler. Betapa tidak, tas sebagai tempat perbekalan sudah disiapkan seminim mungkin agar tidak memberatkan dan memudahkan mobilisasi. Ketika mendapat pesanan oleh-oleh ini itu, tentu ini akan menambah berat barang bawaan ketika hendak pulang. Di sisi, waktu traveling akan sedikit berkurang karena sibuk mencarikan oleh-oleh yang dipesankan. Belum lagi ketika harus naik pesawat terbang dengan barang bawaan yang melebihi batas minimal, ini akan memberikan biaya tambahan lagi. Sudah tidak diberikan uang lebih, pengeluaran biaya tak terduga dan barang bawaan semakin berat pula. Sungguh kasian. Sebenarnya tujuan traveling untuk refresh otak dan tubuh, tetapi ketika hal ini terjadi, hanya akan menambah beban ketika hendak pulang.
Sudah seharusnya kita merubah kebiasaan ini. Ada hal-hal lain yang bisa kita lakukan sebagai teman yang baik. Bisa lakukan dengan menawarkan bantuan dengan mengantarnya ke bandara atau stasiun ketika hendak berangkat atau menjemputnya saat pulang, memberikan tawaran bantuan peminjaman uang ketika kehabisan uang saat diperjalanan atau hal-hal lain yang sekiranya itu diperlukan. Tentunya bagi si traveler ini sangat membantu. Dan tanpa dimintapun, si traveler dengan senang hati mungkin akan membawakan oleh-oleh karena rasa balas budi. Tapi pada intinya bantuan yang kita berikan tulus hanya untuk membantunya tanpa mengharapkan imbalan apapun. Namun ketika itu ada, ya dianggap saja sebagai rejeki anak sholeh hehee. Dan tidak menutup kemungkinan pula, hal itu juga akan dilakukan oleh teman kita saat kita hendak berpergian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H