Mohon tunggu...
muhammad munadi
muhammad munadi Mohon Tunggu... -

Seorang yang ingin memberi manfaat pada semua orang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dan Pengembangan Budaya Lokal

28 Maret 2016   15:00 Diperbarui: 28 Maret 2016   15:05 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Tidak sewajarnya dan tidak arif memang kalau membandingkan antara perguruan tinggi di bawah Kemendikbud dengan Kemenag. Kemendikbud memang relatif kuat dalam sistem kesemua sumber daya manajemennya – man, money, material, mathod, machine, minute, market maupun knowledge. Hal ini bisa dilihat dalam pengembangan manusia lebih khusus bidang kemahasiswaan umpamanya. Mahasiswa di PTU dikembangkan dalam bidang budaya organisasinya melalui Latihan Ketrampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar dan Menengah. Di bidang penalaran dikembangkan melalui jalur PIMNAS dan di bidang bakat seni dan olah raga dikembangkan melalui Peksiminas dan Pekan Olah Raga. 

Hal ini memang tidak bisa disaingi oleh Kemenag, diantara penyebabnya perguruan tinggi di bawah Kemendikbud di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi sementara Kemenag hanya dibawah Direktorat Pendidikan Tinggi Islam atau di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam yang mengurusi semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan Islam. Pada akhirnya akan berimplikasi pada semua sumber daya manajemennya.Melihat realitas semacam ini pesimisme akan menyelimuti upaya pengembangan PTAI. 

Terlepas dari semua itu, ketika berkunjung dan bersilaturahmi ke rumah salah satu Kyai di Kotagede Yogyakarta ada inspirasi yang diberikan yaitu: Mengapa PTAI Negeri maupun swasta tidak mengembangkan kebudayaan lokal tempat lembaga itu berada dan berikembang? Dan mengapa PTAI yang menamakan dirinya sesuai dengan tokoh agama setempat tidak memanifestasikan namanya dalam kebijakan, program dan kegiatan? Pantaskan mereka masih menamakan dirinya sesuai dengan nama lembaganya sementara hal tersebut tidak tercermin dalam sendi-sendi kehidupan lembaga tersebut? Beberapa pertanyaan dan kritik tersebut memang perlu direfleksikan semua lembaga PTAI yang berada di Indonesia untuk menjadi bahan bakar pengembangan identitas diri PTAI. Hasil Refleksi bisa menjadi sumber optimisme pengembangan PTAI.

 

PTAI DAN GEO-CULTURE

Hampir di semua kepulauan nusantara, perguruan tinggi agama Islam negeri berdiri kurang lebih 53 buah dengan bentuk UIN, IAIN maupun STAIN. Pulau Sumatra ada : 2 UIN, 6 IAIN, dan 10 STAIN, Pulau Jawa: 5 UIN, 5 IAIN, dan 8 STAIN,  Pulau Kalimantan: 1 IAIN, dan 3 STAIN, Pulau Sulawesi 1 UIN, 1 IAIN, dan 6 STAIN, Pulau Nusatenggara: 1 IAIN, Pulau Maluku : 1 IAIN, dan 1 STAIN, dan Pulau Papua: 2 STAIN. Keberadaan perguruan tinggi agama Islam berada di tengah daerah kota besar dan kecil di nusantara memiliki hikmah yang sangat kuat dibandingkan dengan PTU karena berlokasi di daerah. Jika dipetakan sebagai berikut:

Tabel 1. Lokasi UIN Berdasarkan Pulau

No
Propinsi
PTAI – UIN
1.
Sumatra
UIN Sultan Syarif Kasim (UIN SUSKA), Pekanbaru

UIN Ar-Raniry, Aceh
2.
Jawa
UIN Sunan Gunung Djati (UIN SGD), Bandung

UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun