Mohon tunggu...
Muhamad Yus Yunus
Muhamad Yus Yunus Mohon Tunggu... Seniman - Sastrawan, dan Teaterawan

Lulusan Sarjana Sastra, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang. Penulis buku, kumpulan puisi Dukri Petot: Gaya-gayaan, Novel Tidak ada Jalan Pulang Kecuali Pergi, Anak Imaji, dan Sandiwara Kita di dalam atau di Luar Panggung Sama Saja (2020) Guepedia. Pendiri Teater Lonceng, Tangsel. Sekarang menjabat sebagai Redaktur media digital adakreatif.id https://sites.google.com/view/myusyunus

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kata Unik dan Semua Tentang Persepsinya

8 Maret 2023   10:15 Diperbarui: 9 Maret 2023   00:44 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa akan hadirnya "unik" di dalam benak kita bukan hanya sekedar karena kita baru menjumpainya, atau belum pernah merasakannya sebelumnya. Tetapi karena adanya persepsi yang kuat dari dalam isi kepala kita untuk menilai bahwa apa yang kita saksikan adalah sesuatu yang unik. 

Jelasnya seperti ini, mungkin saja kita pernah memberikan tanggapan tentang suatu barang bahwa barang A itu sangat unik. Tapi kemudian rekan kita menyanggah bahwa A tidaklah unik sama sekali, dan sangat biasa.

Hal ini bukan hanya disebabkan oleh karena kita baru melihatnya, karena bisa jadi rekan kitapun sama-sama baru melihat barang tersebut. Yang membuat Ia tidak merasakan bahwa barang A itu unik adalah karena tidak munculnya persepsi di dalam kepalanya untuk menyebutkan bahwa barang A sangat unik.

Seseorang yang menggemari olahraga sepak bola akan mengatakan bahwa Cristiano Ronaldo adalah sesosok yang unik bersama rivalnya yaitu Leonel Messi.

Akan tetapi bagi seseorang yang menyukai pertandingan Motogp, dan tidak menyukai sepak bola maka Cristiano Ronaldo dan Leonel Messi tidaklah seunik Valentino Rossi. Mungkin masing-masing dari keduanya akan menyebutkan kenapa mereke merasa bahwa idolanya sangat unik. Tetapi sebenarnya mereka saling berlawanan, dan tidak menganggap bahwa lawan bicaranya memiliki idola yang unik sekalipun mereka menggunakan bukti alasan kuat.

Maka mereka tidak akan pernah menemukan kesepakatan bersama, kecuali kesepakatan sepihak. Begitulah "unik", Ia tidak perlu disepakati oleh orang banyak, sekalipun mendapatkan kesepakan dari orang banyakpun tidak akan masalah.

"Unik" pun sebenarnya tidak perlu menggunakan alasan, sekalipun terkdang alasan menjadi cara untuk menguatkan diri bahwa apa yang kita rasakan, dan kita alami adalah sesuatu yang unik.

Kesimpulannya adalah bahwa "unik' adalah unik. Unik berasal dari persepsi, bukan karena seumur hidup kita baru merasakannya, bukan karena Ia berbeda dan lain dari pada yang lain, bukan pula karena kita memiliki alasan dan bukti terkuat bahwa apa yang kita rasa, dan apa yang kita alami adalah sesuatu yang unik. Melainkan bahwa "unik" itu adalah sifat alamiah manusia yang secara sepontan, membaca sesuatu. Yang tentunya dipengaruh karena adanya persepsi, tetapi bukan persepsi karena Ia berbeda, lain dari pada yang lain, atau baru merasakan dan baru melihatnya, akan tetapi karena "Unik" adalah unik itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun