Mohon tunggu...
Yasinisme
Yasinisme Mohon Tunggu... Lainnya - Lelaki penikmat es kelapa muda

Lelaki yang berusaha memanusiakan manusia. Kuli tinta, Pengabdi masyarakat. www.yasinisme.blogspoot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Naas dalam Hidup Nias

15 Agustus 2024   13:11 Diperbarui: 15 Agustus 2024   13:20 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nias tersenyum manis menatap adi sembari mendekati lalu menggendongnya.
"Adi tadi nangis minta jajan ager mak..."
Elis berucap muncul dari balik pintu kamar sembari membawa buku tulis yang sudah penuh dengan tulisan.

"Owalaaah... jagoan Mak udah kenal jajan mulu ini" sembari mengangkatnya. Bocah 3 tahun itu tertawa nyeringis kegirangan, padahal sebelum Nias datang dia menjerit histeris sembari merengek jajan ager tatkala abang penjual ager lewat didepan kontrakannya, sedang Elis susah payah membujuk namun gagal sampai di detik terakhir iya membawakan sepotong kue yang dibawanya dari sekolah.

"Mukanya celemotan banget ini kak?"
"Iya Mak. Tadi Elis kasi kue"
Mata elis menatap dingin bocah  perempuan yang masih memegang buku tulisnya.

"Elis dikasih Johan Mak.. tadi dia ulang tahun terus elis dikasi sepotong kuenya. Elis masukin aja ke plastik terus taruh deh didalem tas"
Nias tersenyum..pikiran negatifnya sirna selepas Elis menjelaskan.
Lepas dari wajah Elis , Nias menatap buku tulis yang dipegan anak pertamanya itu.

"Habis kak bukunya..?"
"Iya Mak...!"
Ucapnya lemas..
"Yasudah besok kita beli yah"
Mendengar ucapan itu elis langsung menampakan wajah senangnya tapi tak berselang lama iya cemberut lagi.

"Lah kok lemes lagi"
Tanya Nias yang sudah menaruh Adi di kursi dan langsung mengelus kepala Elis.

"Nggak Mak.. nggak apa-apa"
Elis pergi meninggalkannya dan masuk ke dalam kamar. Nias mengerti perasaan anak perempuannya, pasti ini lantaran ia yang selalu ingkar janji tatkala mengucap membeli sesuatu.

"Ya Allah...."
Matanya berbinar, diliriknya tanggalan yang terbentang lebat memperlihatkan jejeran rapih deretan angka.
Sudah sekian kali gajinya tertunda dan sekian kali pula iya gagal menepati janji kepada anaknya. Mungkin yang tadi diucap akan sama dengan yang sudah-sudah. Dalam hati kadang iya bertanya-tanya tentang bagaimana tuhan menyayangi hambannya, kadang ia juga meyakinkan jika ini semua cobaan namun beberapa kali pula iya bertanya-tanya apakah Tuan dan Nyonya yang mempekerjakannya tidak pernah berpikir betapa sangat bergantungnya ia dengan gaji yang tak seberapa itu. Pelan-pelan jika sudah masuk ke situ perasaan ingin  mengundurkan diri selalu hadir tapi kemudian kandas tatkala melihat bocah-bocah kecil yang selalu riang tersenyum dan merangkul dan kadang minta peluk lalu berucap "Terima Kasih Ibu" saat mereka bersiap pulang ke rumahnya masing-masing. Belum lagi kawan-kawanya yang satu profesi membawa kenyamanan suasana walau ada yang sangat memprihatinkan. Semenjak Tarjo, lelaki yang 7 tahun menikahinya 2 tahun lalu merantau,  Nias seolah hidup dalam kesendirian.

Nias menghentikan hayalan konyol sembari bersiap ke dapur. Diliha Adi ternyata sudah tertidur sedang Elis kemungkina juga sama.

"Ya kamu ngerti to jadi guru itu gimana rasanya. Ibu udah jelasin diawal kamu kekeh"
Ucapan Sutri membisik perlahan, mengajaknya kembali teringat pada kenangan beberapa tahun yang lalu saat seorang wanita bersikukuh menjadi guru dibanding pekerja kantoran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun