"ya terus loe ninggalin gw gitu karena Bapak loe pikir gw miskin, gak bisa apa-apa gitu dan kemudian malah nikah sama pilihan orang tua loe, terus mana janji loe......"
Mungkin begitu ucapan seseorang yang patah hati lantaran ditinggal nikah kekasihnya. Sedih memang, tapi begitulah sekelumit kisah asmara manusia diantara pilihan kebohongan, penghianatan dan kebodohan luar biasa lantaran diperbudak asmara, akhir-akhir ini lebih dikenal bucin.
Sebagai manusia normal dan memiliki perasaan sayapun pernah alami hal yang demikian, begitu juga mau tidak mau, suka tidak suka andapun tentu merasakannya meski mungkin lain prolognya. Sejatinya asmara memang diperuntuhkan bagi mereka yang benar-benar siap dalam menjalani sebuah hubungan bukan sebatas janji diantara hubungan tanpa kejelasan.
Dari banyaknya kisah-kisah asmara yang terjadi dan tentunya bisa sangat berguna bagi yang belum terjebak dengan hal demikian, akhirnya terkumpul beberapa dan tertulis apik di dalam sebuah buku berwarna dasar hitam dengan judul Dalam Diam Ada Rasa Yang Tidak Diam.
Buku yang isinya mengkisahkan kejadian demi kejadian asmara dari banyaknya manusia dengan segudang latar belakang rasa-rasanya sangat berguna untuk diketahui pembaca, apalagi bagi mereka yang sedang hangat-hangatnya menjalin hubungan.Â
Diantara kisah yang terjadi, terselip beberapa cerita tentang wanita yang pada akhirnya harus merelakan kepergian kekasih hati lantaran desakan ekonomi, selanjutnya tentang wanita yang menutup hati tatkala Cintanya dikhianati dan ada pula lelaki dengan kerendahan hati berpasrah pada Tuhanya ketika dihimpit pilihan hidup.
Buku yang sudah memiliki ISBN dengan segudang kisah yang diconvers ke dalam bentuk puisi adalah karya tulis yang bukan kali pertama si penulis membuatnya, ada pula kisah-kisah cerita pendek yang terdapat di beberapa buku lain. Penulis membuatnya dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti sekaligus ringan bagi para pembaca segala usia, namun tidak dianjurkan untuk anak dibawah 17 thn.
Saya pikir sudah duou deh tulisannya sampai sini, jika ada hal yang sekiranya baik saya tukis, akan saya tulis kembali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H