Mohon tunggu...
Yasinisme
Yasinisme Mohon Tunggu... Lainnya - Lelaki penikmat es kelapa muda

Lelaki yang berusaha memanusiakan manusia. Kuli tinta, Pengabdi masyarakat. www.yasinisme.blogspoot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dari Sebuah Luka

19 Agustus 2018   21:32 Diperbarui: 24 April 2019   20:25 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kisahnya tragis Mas, saya nggak kuat bacanya, baru baca setengahnya aja, udah.. Gabisa jelasin deh pokoknya"

Wanita berusia 25 tahun itu lugas mengungkap keresahan hati lantaran  membaca kisah dalam buku yang memiliki cover hitam pinjaman dari temannya. Dan saya hanya bisa tersenyum sambil berpikir 

"apa iya sedalam itu?"

Padahal setau saya tulisannya biasa saja, hanya ada kejujuran hati, dicampur beberapa kisah dari orang-orang yang bernasib sama seperti saya di kehidupan yang lalu.

Saya mengambil napas panjang kemudian berusaha untuk memperkenalkan diri denganya, sebenarnya dia adalah wanita yang masih satu kampus, sayang hanya berbeda Prodi saja.

"Saya..."

Belum sempat memperkenalkan diri, dia malah memberondong dengan ucapannya lagi.

"Pokoknya Mas mesti baca nih buku, Gila nih buku, Fakta banget, saya sampe ngeliat kisah hidup saya yang dulu, tapi jangan lupa kasih ke ( teman saya tidak mau disebut namanya dalam tulisan ini)". Sambungnya lagi.

Dia pergi begitu saja tanpa memikirkan siapa saya, atau setidaknya mengetahui nama saya, tapi... Itu bukanlah alasan atas pertemuan singkat didepan Ruang 4.1.10, melainkan hanya untuk sebuah amanah dari teman yang kebetulan ingin membaca buku dengan Cover hitam ini, dan sepertinya wanita itu sudah mengetahui maksud kedatangan saya. Ada sedikit perasaan yang tak pernah diawal dirasa, ada pula perasaan senang lantaran dengan sangat mudah tulisan-tulisan konyol dalam buku ini berhasil membuat masalalu hadir dari imajinasi.

"Apa iya yang dia baca itu buku yang ini?".

Pertarungan sengit antara logika dan perasaan yang sepertinya tidak ingin cepat-cepat mengambil keputusan. Buku itu saya masukan ke dalam ransel abu-abu, ransel dengan harga yang sangat sedikit membuat geleng-geleng kepala ketika mengetahui bandrol harganya, tapi biarlah, kadang menerima kenyataan jika harga tidak membohongi kualitas tidak ada salahnya. Buku itu merapat pada Buku-buku dengan warna-warni cover yang berbeda, sama seperti isi di dalamnya. 

"Yang memiliki keragaman kisah dari kata yang tak sempat sampai pada bibir kemudian berucap". 

Agak konyol memang jika melihat seorang lelaki muda senyum-senyum sendirian ditengah keramaian ruangan kampus yang kala itu masuk jam istirahat. Saya sampai pada teman yang sempat memberikan amanah, dia diam sebelum akhirnya buku itu terlihat lantaran 5emit tangan merogoh-rogoh dalam ransel karena enggan membuka keseluruhan resleting.

"jadi, ini Buku Loe?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun