Mohon tunggu...
Yasinisme
Yasinisme Mohon Tunggu... Lainnya - Lelaki penikmat es kelapa muda

Lelaki yang berusaha memanusiakan manusia. Kuli tinta, Pengabdi masyarakat. www.yasinisme.blogspoot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Takut, Nak

15 Agustus 2018   18:05 Diperbarui: 15 Agustus 2018   19:34 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://smpm8bandung.sch.id

"Mamah, tadi aku dituduh nyolong bolpen, padahal itu bolpen aku, temen-temen sekelas pada mengolok-olok aku."

Seorang Anak tadi sore mengadu pada Ibunya di teras pelataran rumahnya, tepat di pinggir jalan raya terlihat dengan sangat jelas,  ketika seisi sekolah berhamburan keluar 30 menit yang lalu lantaran jam sekolah sudah selesai.

Kalau saja terlalu kepo dan ingin mengetahui kelanjutan reaksi Ibunya setelah melempar senyum ketika si anak selesai mengadu, mungkin ada tindakan atau hal lain yang akan dilakukan, namun sayangnya kepo itu sekedar lewat dan berlalu.

Anak itu kira-kira berusia 11 tahun, tapi bukan usia dan keseluruhan tulisan ini tentang dia, ada hal yang sepertinya harus tertulis di sini. Sebelum terlalu dalam membaca keseluruhan tulisan, saya ajak pembaca melirik sosok Albert Einstein.

Siapa yang tak kenal Bapak yang satu ini? Dia adalah seorang ilmuwan fisika teoretis yang dipandang luas sebagai ilmuwan terbesar dalam abad ke-20. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistika, dan kosmologi.

Einstein dianugerahi penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotolistrik dan "pengabdiannya bagi Fisika Teoretis".

Sayangnya, tak semua orang mengetahui akan kekurangan yang dimiliki oleh Bapak ini, padahal masa kanak-kanannya tidaklah baik, bahkan bisa dikatakan buruk. Pak Einstein kecil didiagnosa memiliki kelainan yakni sebagai pelajar yang lambat, kemungkinan disebabkan oleh dyslexia, sifat pemalu, atau karena struktur yang jarang dan tidak biasa pada otaknya (wikipedia).

Banyak sejarawan yang mengatakan jika Einstein kecil autis. Lalu bagaimana bisa seorang dengan kekurangan tersebut malah bisa lebih produktif dibanding yang lebih baik nasibnya?

Kadang manusia lebih memilih utuk mengenal segala sesuatu yang buruk tentang manusia, kadang pula manusia lebih mudah menilai kualitas seseorang dari pendidikan dan gelar, padahal Indonesia termasuk ke dalam negara yang memiliki ribuan lebih sarjana muda. Tapi adakah perubahan yang signifikan dari sebelum negeri ini merdeka?

Tidak mau terlalu jauh tentang negeri ini, kita berlanjut tentang Petrus Kanisius (PK) Ojong dan Jakob Oetama (JO), bersama J. Adisubrata dan Irawati SH. Dari mereka kita mengenal Kompas Gramedia, atau yang sering kita baca Koran Kompas. Jika melirik jalannya, tidak melulu usaha dan jerih payah mereka berjalan mulus, parahnya mereka bersaing dengan komunis yang tentu kita paham bagaimana komunis itu.

Semua butuh proses, semua juga butuh kerja keras dan keyakinan karena tentunya segala kebaikan pasti ada Tuhan yang selalu dan selalu melirik dengan cintanya. Kalau saja tokoh yang di atas lemah, mudah menyerah atau mungkin pendendam serta tidak sabar, tentu nama mereka hanyalah sebagian besar nama-nama di kartu tanda pengenal.

Mata yang jelas-jelas memiliki pandangannya sendiri, dan pemikiran yang tentunya beragam jenis, tidak akan meluluh sama sepemikiran dan sepandangan jika dikaitkan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Tentunya dunia punya kunci jawaban untuk menjelaskan dengan sangat mudah, kalau tidak baik, berarti jahat, dan kalau tidak jahat berarti baik, bukankah begitu?

Jalan hidup pasti Tuhan sudah merencanakan sebaik-baiknya manusia berkeinginan, hanya sengaja disisipkan pada mereka pemikiran yang beragam semata-mata untuk menguji. Di situ peran manusia yang sedang diuji menjadi titik tumpu akan keberhasilan dan kegagalan dalam meraih keinginannya.

Cita-cita, segala rencana baik dengan segudang teori dan praktiknya, kalau lemah dan mudah terhasut ucapan, sudah jelas tidak akan sampai. Hanya mengenal sebatas penggambaran seseorang tentang keinginan itu, tapi jika kuat serta yakin, tentu Tuhan sudah menantinya di depan pintu keberhasilan.

Berhasil bukan melulu tentang pencapaian keinginan, berhasil bukan pula lantaran sampai pada yang sudah diidam-idamkan, ada pula keberhasilan yang terselip diantara kesedihan, "apa itu?". Jelas keberhasilan ini adalah kunci dari pencapaian tiap-tiap keinginan yang masih banyak direncanakan.

Bagaimana tidak? Sebab lantaran keberhasilan ini, manusia akan semakin dan semakin terus berkelut dengan perjuangan untuk hal yang diidamkan. Tidak lain dan tidak bukan, adalah KEBERHASILAN MELAWAN RASA TAKUTNYA. Di sini manusia akan benar-benar terlihat kualitas keimanan dan jati diri terbaik. "Ada yang tau kenapa?"

Takut dengan rasa takutnya sendiri bukanlah perkara mudah untuk dihadapi, banyak manusia yang gagal lantaran rasa takut ini, banyak manusia yang menyerah sebelum bertarung melawan kerasnya dunia, dan tidak sedikit pula ketakutan yang seperti ini menjadi dilema berat tiap-tiap manusia.

Andai Pak Habibie didera rasa takut lantaran khawatir gagal dalam menghitung crack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang. Sampai pada akhirnya di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, para ahli dirgantara mengenal apa yang disebut Teori Habibie, Faktor Habibie, Fungsi Habibie.

Andai Pak Einstein juga takut gagal dengan teorinya, dan andai semua tokoh-tokoh dunia didera rasa takut sampai tak berani melawan ketakutannya itu, apa bisa kita mengenalnya? Dan bisakah kita menikmati buah karyanya?

Keberhasilan terhebat tentu dengan melawan rasa takut itu, rasa takut yang didatangkan dari keraguan, dan dari beragam jenis ucapan, hujatan, serta cacian yang jika ditelan dalam hati, tidaklah sepele.

Dari sebegitu ramainya tulisan ini, semoga yang membaca paham dan bagaimana meraih keberhasilannya, kesuksesan pun masa depan yang cemerlang, semoga anak kecil yang mengadu pada Ibunya berani melawan rasa takut lantaran menerima tuduhan, takut tidak dipercaya, atau parahnya lagi takut kehilangan teman-temannya, sebab kebaikan punya tempatnya tersendiri, dan kebaikan juga punya manusia-manusia yang tidak semua bisa melihatnya baik.

Semoga bermanfaat.

Main-main yah ke www.pojok-mata.xyz

Salam penulis...

(m/y)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun