Dalam dunia kerja atau kantor, ada banyak karyawan dari background yang berbeda-beda. Mulai dari suku, agama, pendidikan, sampai kelompok usia. Beragamnya latar belakang sebenarnya membuat suasana kerja menjadi lebih hidup. Sayang diantara banyaknya latar belakang, perbedaan usia masih jadi sebab adanya jarak antar karyawan (horizontal) maupun antar karyawan dan atasan (vertikal).Â
Dari berbagai kelompok usia, gen z yang paling sering dijadikan kambing hitam atas kinerja dan etika kerjanya yang beda dari generasi-generasi di atasnya.Â
Jika kamu gen z, stigma negatif seperti gak becus, lambat, kayaknya auto melekat.Â
Disclaimer, kalo nyontek dari website Kemendikbud, gen z adalah kelompok usia dari 1997--2012. Artinya, gen z yang lahir antara tahun 1997 sampai 2000an awal banyak yang sudah masuk kerja.Â
Padahal kalo lihat kinerja banyak gen z yang punya dedikasi terhadap jobdesk-nya. Kalo ada yang kurang perform paling cuma beberapa, tapi seolah digeneralisir dan jadilah stigma negatif itu.Â
Emang yang toxic gen z doang? Para atasan emang gak punya 'dosa' di kantor? Jangan-jangan justru lebih toxic
Atasan-atasan di kantor bukan orang suci. Kebetulan aja punya posisi jadi punya power buat ngatur. Padahal banyak juga atasan yang berpolitik di kantor dan berefek pada load kerja yang 'seabrek-abrek' ke karyawan. Load kerja yang di luar nalar ini bikin karyawan lebih mementingkan kuantitas bukan kualitas. Alhasil karyawan-karyawan juga yang kena semprot karena gak bisa puasin birahi politik atasannya.Â
Padahal, kalo karyawan dan atasan bersinergi dan paham jobdesk masing-masing, hasil-hasil baik sudah menunggu di depan mata.Â
Gak masalah gen z, milenial, gen x, dan seterusnya, semua punya kualitas dan etos kerja yang beda. Gak layak kalo cuma segelintir lalu digeneralisir gitu aja.Â
Jadi siapa yang toxic?Â