Mohon tunggu...
Muhamad Sobari
Muhamad Sobari Mohon Tunggu... Guru - S.Pd

Muhamad Sobari, atau yang akrab dipanggil Obay, adalah seorang penulis dan petualang sejati yang senantiasa mencari pengalaman baru dan mengembangkan dirinya secara terus-menerus. Sebagai seorang guru pendidikan agama Islam, Obay memiliki kepekaan yang tinggi terhadap isu-isu sosial dan spiritual yang mempengaruhi kehidupan manusia. Tak hanya aktif dalam dunia pendidikan, Obay juga memiliki hobi menulis yang sangat kuat. Dia sering mengekspresikan pemikiran dan pengalamannya melalui tulisan-tulisan yang inspiratif dan penuh makna. Karya-karyanya telah dipublikasikan di berbagai media online dan cetak, termasuk di Kompasiana. Namun, Obay bukan hanya seorang penulis yang produktif, dia juga seorang petualang sejati yang selalu mencari kesempatan untuk menjelajahi alam dan budaya yang berbeda. Dia senang berkeliling Indonesia dan menemukan keindahan alam serta mengenal budaya dan tradisi yang berbeda-beda. Melalui perjalanan dan petualangannya, Obay mendapatkan banyak inspirasi dan wawasan yang kemudian diolahnya menjadi karya tulis yang bermanfaat. Jadi, jika Anda ingin membaca cerita-cerita inspiratif dari seorang guru pendidikan agama Islam yang senang menulis dan berpetualang, maka karya-karya Muhamad Sobari atau Obay patut untuk diikuti dan diapresiasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Ali: Dari Santri Miskin Hingga Menjadi Guru Agama

11 April 2023   06:47 Diperbarui: 11 April 2023   15:28 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ali adalah seorang santri yang lahir dan besar di desa kecil di Jawa Tengah. Sejak kecil, dia telah belajar tentang agama Islam dari keluarganya, terutama dari ayahnya yang seorang kyai. Ketika Ali berusia enam tahun, ia mulai mengaji di pondok pesantren terdekat di bawah bimbingan seorang guru yang sangat baik hati dan sabar.

Selama bertahun-tahun, Ali menjadi semakin tertarik dengan agama Islam dan belajar untuk menjadi seorang ulama. Ketika ia lulus dari sekolah menengah pertama, Ali memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di pesantren yang lebih besar di kota terdekat. Di sana, ia belajar tentang Al-Quran, Hadis, dan berbagai disiplin ilmu lainnya.

Ali menikmati hidupnya di pesantren. Dia bangun pagi-pagi buta untuk melaksanakan shalat subuh dan memulai hari-harinya dengan membaca Al-Quran. Setelah itu, ia mengikuti kelas-kelas yang berbeda tentang berbagai topik dalam Islam. Dia juga menghabiskan waktu dengan membaca buku-buku tentang agama dan mendiskusikannya dengan teman-temannya.

Namun, hidup Ali tidak selalu mudah di pesantren. Karena ia berasal dari keluarga yang tidak terlalu kaya, ia harus bekerja keras untuk membayar biaya pendidikannya. Ia sering membersihkan kamar dan toilet, memasak, dan membantu pekerjaan lain di pesantren untuk mendapatkan uang.

Meskipun hidupnya keras, Ali merasa bahagia karena ia memiliki teman-teman yang sama-sama mencari kebenaran dalam agama. Mereka sering membicarakan berbagai topik tentang Islam dan memberikan dukungan satu sama lain. Ali juga mendapat dukungan dari keluarganya, terutama ayahnya yang sangat bangga dengan keputusannya untuk menjadi seorang ulama.

Setelah lima tahun belajar di pesantren, Ali lulus dan memutuskan untuk kembali ke desanya. Di sana, ia menjadi seorang guru agama di sebuah sekolah dasar. Dia membagikan pengetahuan dan pengalaman yang telah dia peroleh selama bertahun-tahun untuk membantu anak-anak di desanya memahami agama Islam dengan lebih baik.

Ali sangat bahagia dengan keputusannya untuk menjadi seorang santri dan menjadi seorang guru agama. Meskipun hidupnya tidak selalu mudah, ia merasa bahwa perjalanannya telah memberikan banyak kebahagiaan dan makna pada hidupnya. Dia berharap dapat terus membagikan pengetahuannya kepada orang lain dan membantu masyarakat di sekitarnya memahami Islam dengan lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun