Bersumber dari berbagai artikel, cerita orang tua jaman baheula dan lainya, kembali penulis menyampaikan satu cerita tentang asal usul nama sebuah kota kecamatan dan kampung di kabupaten Pandeglang dan kecamatan cadasari. dipersilahkan kepada sobat Kompasiana untuk meluruskan bila ada cerita yang salah.
Di satu desa di Propinsi Banten (sekarang wilayah Desa cadasari, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang) tersebutlah seorang putri cantik jelita bernama Putri Arum. Selain terkenal kecantikannya, Putri Arum juga dikenal sebagai Putri yang baik hatinya. tak heran bila putri ini ditaksir oleh dua orang pangeran dan berharap bisa menjadi suaminya. Pangeran Sae bagus Lana, sosok laki laki gagah tampan dan berbudi baik, dan seperguruannya Pangeran Cunihin yang Meskipun tampan tetapi sangat kejam dan licik.Â
Menghadapi lamaran kedua pemuda itu Putri Arum tentu saja lebih memilih Pangeran Sae bagus Lana, tetapi menolak lamaran Pangeran Cunihin tentu saja hal yang sangat beresiko dan sama artinya siapa menerima kehancuran kerajaan tempat tinggalnya.
Mengetahui teman seperguruanya yang direspon Pangeran Cunihin marah. dengan kelicikannya dia menjebak Pangeran Sae Bagus Lana lalu mengambil semua kesaktiannya dan terakhir dikutuknya menjadi sosok kakek tua renta. pangeran yang dikutuk sahabatnya ini lalu pergi menghadap guru dan menceritakan semua perihal kejahatan Pangeran Cunihin.
Putri Arum yang menerima tekanan dari pangeran Cunihin Agar segera menerima lamarannya, seperti kebiasaan orang zaman baheula sang putri bersemedi meminta petunjuk kepada tuhan agar bisa terbebas dari belenggu Pangeran Cunihin. Di Dalam semedinya, putri mendapat satu petunjuk menyepi menenangkan diri di Bukit Manggis. Â (konon daerah ini sekarang bernama Kampung Pasir Manggu). Di bukit itu nanti akan ada seorang pangeran sakti nan tampan yang akan menyelesaikan persoalan Sang putri.
Waktu berlalu Putri Arum larut dalam persemediannya, pangeran yang akan menjadi dewa penolongnya itu tidak jua kunjung datang. Putri semakin gelisah mengingat batas waktu berpikir yang diberikan sang pangeran jahat sudah hampir habis.
Tidak terasa air mata membasahi pipi sang putri. membayangkan harus menjadi istri sang pangeran yang lalim. dalam isak tangisnya tiba-tiba, datanglah sesosok kakek bersahaja.
Kakek itu bertanya, "Maaf, siapakah engkau dan mengapa engkau menangis?" Putri Arum menoleh ke sang kakek
"Aku Putri Arum. Aku saat ini sedang bingung dan sedih, Kek. karena sebentar lagi akan datang seorang pangeran jahat untuk menikahi ku, dan aku sama sekali tidak pernah mencintainya."
"Oh, malang niam nasibmu, Tuan Putri. jika hamba boleh tahu, siapakah pangeran jahat yang kau maksud itu?" tanya kakek.
"Cunihin. Pangeran Cunihin, Kek," ujar Putri Arum semakin meratap.
"Lalu, mengapa Tuan Putri berlama-lama berada di bukit ini?" tanya kakek.
Putri Arum menghapus air matanya dan berkata, "Dalam persemedianku, aku diberi petunjuk agar menenangkan diri di Bukit ini. sebab disini nanti akan datang seorang pangeran sakti yang dapat menolongku." Putri menunduk lagi. sambil berucap: "Tapi, pangeran itu tidak kunjung datang, dan aku harus pasrah menerima kenyataan menjadi istri Pangeran Cunihin."