Mohon tunggu...
MUHAMAD RIFKI YULISTIANSYAH
MUHAMAD RIFKI YULISTIANSYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Sebagai penulis yang memiliki ketertarikan mendalam terhadap teknologi, sejarah, dan sastra, saya menikmati menjelajahi berbagai inovasi teknologi yang mengubah dunia kita. Saya juga tertarik mempelajari sejarah untuk memahami bagaimana peristiwa masa lalu membentuk masa kini. Selain itu, saya menggemari sastra, baik sebagai pembaca maupun penulis, karena karya tulis memiliki kekuatan untuk menggugah pikiran dan perasaan. Melalui tulisan-tulisan saya di Kompasiana, saya berharap dapat berbagi pengetahuan, pandangan, dan inspirasi dengan komunitas yang lebih luas.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penghapusan Penjurusan di SMA, Apa Kata Para Ahli dan Siswa?

23 Juli 2024   19:40 Diperbarui: 23 Juli 2024   19:56 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kemendikbudristek baru-baru ini mengumumkan kebijakan revolusioner dalam sistem pendidikan Indonesia: penghapusan penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di tingkat SMA. Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan fleksibilitas lebih kepada siswa dalam mengeksplorasi berbagai bidang ilmu sesuai minat mereka. Namun, tidak semua pihak sepakat dengan langkah ini.

Para ahli pendidikan mengemukakan pandangan beragam. Dr. Agus Santoso, seorang pakar pendidikan dari Universitas Indonesia, menyatakan, "Kebijakan ini bisa membuka peluang bagi siswa untuk mengembangkan potensi mereka secara lebih luas. Namun, harus ada panduan yang jelas agar siswa tidak kebingungan dalam menentukan pilihan mereka."

Di sisi lain, para siswa juga memiliki pendapat yang bervariasi. Rina, seorang siswi kelas XI di Jakarta, merasa senang dengan kebijakan ini. "Aku bisa memilih mata pelajaran yang benar-benar aku sukai tanpa terikat pada satu jurusan saja," ujarnya. Namun, Budi, siswa lain dari Surabaya, mengkhawatirkan beban belajar yang semakin berat karena harus mempelajari banyak mata pelajaran dari berbagai bidang.

Selain itu, orang tua juga memberikan tanggapan beragam. Siti, seorang ibu dari Bandung, mengatakan, "Saya khawatir anak-anak akan kesulitan menentukan fokus belajar mereka. Tapi kalau memang sistemnya jelas dan ada bimbingan, saya rasa ini bisa jadi langkah baik."

Seiring dengan berjalannya waktu, kebijakan ini akan terus dievaluasi. Masyarakat berharap agar pemerintah memberikan pendampingan yang cukup untuk memastikan siswa dapat menavigasi perubahan ini dengan baik.

Penghapusan penjurusan di SMA menandai babak baru dalam sistem pendidikan Indonesia. Meskipun menuai pro dan kontra, kebijakan ini diharapkan dapat membuka peluang lebih besar bagi siswa untuk mengeksplorasi berbagai bidang ilmu. Semua pihak perlu bekerja sama untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun