Stunting, kondisi gagal pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi, telah menjadi masalah serius yang memengaruhi banyak negara, terutama di wilayah dengan tingkat ekonomi rendah.Â
Stunting dapat memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan dan perkembangan anak, sehingga pencegahan dan penanganan dini menjadi sangat penting.Â
Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang stunting, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah ini.
Pengertian dan Gejala Stunting
Stunting terjadi ketika anak mengalami kekurangan gizi selama lebih dari enam bulan atau bersifat kronis, menyebabkan pertumbuhan tubuh yang tidak sesuai dengan usianya. Gejala stunting umumnya baru terlihat setelah anak mencapai usia dua tahun, meskipun proses ini sudah dimulai sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kelahiran.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, balita dapat dikategorikan sebagai stunted (pendek) jika panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menunjukkan hasil pengukuran di bawah -2 SD hingga -3 SD dari standar baku yang diperoleh dari Multicenter Growth Reference Study. Sedangkan, balita diklasifikasikan sebagai severely stunted (sangat pendek) jika hasil pengukuran kurang dari -3 SD.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stunting
Stunting dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk pola asuh orang tua, pendidikan orang tua, faktor gizi buruk, kesehatan dan perkembangan janin, status sosial ekonomi, serta akses air bersih dan sanitasi. Faktor-faktor ini saling terkait dan dapat memperburuk kondisi stunting jika tidak ditangani dengan baik.
1. Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua memainkan peran penting dalam mencegah stunting. Menjamin pola asuh yang baik merupakan jaminan agar anak dapat tumbuh atau berkembang secara maksimal. Sikap ibu yang kurang baik dalam mengasuh balita dapat meningkatkan risiko terjadinya stunting. Pada keluarga berpendapatan rendah, ketersediaan makanan dalam rumah tangga mungkin tidak mencukupi, tetapi ibu yang memahami cara mengasuh anak dapat memanfaatkan sumber daya yang terbatas untuk menjamin pertumbuhan anak mencapai kondisi optimal.
2. Pendidikan Orang Tua
Tingkat pendidikan orang tua juga memainkan peran kunci dalam mencegah stunting. Tingkat pemahaman dan daya serap informasi mengenai pengetahuan gizi dari seorang ibu dapat ditentukan, salah satunya, dari tingkat pendidikan. Pengetahuan tentang gizi menjadi langkah awal dalam peningkatan status gizi, sehingga pengetahuan ibu tentang gizi akan mempengaruhi perilaku dalam menyediakan makanan untuk anaknya.
3. Faktor Gizi Buruk
Asupan gizi yang buruk, terutama protein, zat besi, seng, dan kalsium, merupakan faktor langsung yang berpengaruh pada balita stunting. Pentingnya asupan gizi ini terlihat pada ibu hamil dan anak balita. Protein, zat besi, seng, dan kalsium dapat diperoleh dari makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), dan yang paling baik adalah melalui Air Susu Ibu (ASI). Kedua hal ini memiliki dampak signifikan pada peningkatan tinggi badan anak balita dari usia 6 sampai 24 bulan.
4. Kesehatan dan Perkembangan Janin
Kesehatan dan perkembangan janin sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil. Bayi berat lahir rendah dapat menjadi gangguan pertumbuhan dalam kandungan. Stunting juga dapat dipengaruhi oleh panjang badan bayi, seperti yang terlihat dalam penelitian di Nepal yang menunjukkan kejadian stunting lebih sering terjadi pada bayi lahir berberat badan rendah.
5. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi rumah tangga juga merupakan faktor penting yang memengaruhi status kesehatan. Status ekonomi yang baik akan memberikan akses yang lebih baik terhadap layanan pendidikan dan kesehatan, akses jalan, serta mempengaruhi status gizi anak. Makanan akan menjadi lebih baik karena memiliki daya beli yang tinggi.
6. Akses Air Bersih dan Sanitasi
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya