Mohon tunggu...
Muhamad Ali
Muhamad Ali Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hello there! I'm a passionate content creator, avid blogger, and video enthusiast based in Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Framing dalam Media: Memahami Teori dan Pengaruhnya pada Opini Publik

28 Oktober 2023   10:00 Diperbarui: 28 Oktober 2023   10:07 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Media Framing (Foto: kuliahmandiri.my.id diambil dari masivaturk.com)

Dalam dunia media modern yang penuh dengan berita, informasi, dan opini, konsep framing atau penyajian berita memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman dan persepsi kita tentang berbagai isu. Teori framing adalah alat penting yang membantu kita memahami bagaimana media mengemas cerita-cerita dan bagaimana hal ini dapat memengaruhi pandangan publik terhadap suatu topik. Artikel ini akan menjelaskan teori-teori framing media secara detail dan membahas dampaknya pada opini publik.

Pengertian Framing dalam Media

Framing dalam konteks media merujuk pada cara penyajian suatu cerita atau berita tertentu dengan tujuan untuk mempengaruhi cara kita memahami atau mempersepsikan isu tersebut. Ini melibatkan pemilihan aspek-aspek tertentu dari suatu topik dan pengabaian aspek lainnya, sehingga menciptakan kerangka pemahaman yang dapat memengaruhi pandangan kita. Framing adalah strategi yang digunakan oleh media untuk memberi makna pada berita dan memandu audiens dalam menginterpretasi informasi.

Teori framing dalam media tidak hanya mencakup cara berita disajikan dalam teks, gambar, atau video, tetapi juga bagaimana media memilih kata-kata, penggunaan sumber, judul, dan tampilan visual untuk memberikan arti pada suatu cerita. Dengan demikian, framing membantu media mengarahkan perhatian dan pemahaman kita pada elemen-elemen kunci dari suatu cerita.

Teori Framing Media

1. Framing oleh Pemberi Berita

Teori framing pertama yang akan kita bahas adalah framing oleh pemberi berita. Ini merujuk pada peran jurnalis atau penyedia berita dalam memilih bagian-bagian cerita yang ingin mereka sampaikan dan bagaimana mereka ingin mengemasnya. Jurnalis membuat keputusan tentang apa yang akan disertakan dalam berita, bagaimana isu akan dijelaskan, dan bagaimana sumber-sumber akan digunakan untuk mendukung cerita tersebut. Keputusan-keputusan ini secara langsung mempengaruhi cara kita memahami dan merespons berita tersebut.

Misalnya, ketika sebuah peristiwa dramatis terjadi, jurnalis dapat memilih untuk mengekspos unsur dramatis tersebut dan menggunakan gambar-gambar yang kuat untuk mendukung cerita. Hal ini dapat mengarah pada reaksi emosional dari audiens dan menciptakan pandangan yang berbeda terhadap peristiwa tersebut daripada jika cerita disajikan secara lebih netral.

2. Framing oleh Agenda Setting

Teori framing kedua yang relevan adalah framing oleh agenda setting. Teori ini mencerminkan konsep bahwa media tidak hanya memberi tahu kita tentang apa yang harus kita pikirkan, tetapi juga tentang cara kita harus berpikir tentang itu. Dalam hal ini, media tidak hanya memilih cerita apa yang akan disajikan, tetapi juga memberikan perhatian lebih kepada isu-isu tertentu.

Contohnya, jika suatu isu mendapat pemberitaan yang intensif dan terus-menerus, media mungkin memberi kesan bahwa isu tersebut sangat penting dan mendesak. Sebaliknya, isu-isu yang kurang mendapat liputan media dapat dianggap kurang relevan oleh audiens. Dengan demikian, media dapat memengaruhi perasaan urgensi dan prioritas isu-isu tertentu dalam pemikiran masyarakat.

3. Framing oleh Kedekatan dan Jarak

Teori framing ketiga adalah framing oleh kedekatan dan jarak. Ini mengacu pada cara media memengaruhi pandangan publik terhadap isu dengan mengatur kerangka waktu dan konteks. Framing ini bisa membuat suatu isu terasa dekat dan relevan bagi audiens atau sebaliknya, menjadikannya terasa jauh dan kurang berdampak.

Misalnya, ketika media memberitakan isu-isu global seperti perubahan iklim, mereka dapat menggunakan cerita-cerita yang menunjukkan dampak lokal yang konkret untuk membuat isu tersebut terasa dekat dengan audiens. Ini dapat memotivasi orang untuk bertindak atau berpikir lebih serius tentang isu tersebut.

Sebaliknya, jika media memberitakan isu global dengan hanya memberikan data statistik yang jauh, audiens mungkin merasa bahwa isu tersebut tidak terlalu berdampak pada kehidupan mereka.

4. Framing oleh Perbandingan

Teori framing keempat adalah framing oleh perbandingan. Ini melibatkan penggunaan perbandingan untuk memberikan pemahaman lebih baik tentang suatu isu. Media sering menggunakan perbandingan dengan isu-isu atau peristiwa lain yang lebih dikenal oleh audiens untuk menjelaskan isu yang sedang dibahas.

Misalnya, jika media ingin menjelaskan seberapa besar dampak suatu bencana alam, mereka dapat menggunakan perbandingan dengan bencana alam lain yang pernah terjadi, seperti tsunami atau gempa bumi. Dengan demikian, audiens dapat lebih mudah memahami skala dan dampaknya.

Dampak Framing Media pada Opini Publik

Dengan pemahaman tentang teori-teori framing media, kita dapat mengidentifikasi bagaimana media memengaruhi opini publik melalui penyajian berita. Beberapa dampak framing media pada opini publik adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Terhadap Prioritas Isu

Framing media dapat memengaruhi prioritas isu dalam pikiran masyarakat. Ketika suatu isu mendapat pemberitaan yang intensif, masyarakat cenderung lebih memperhatikan isu tersebut dan menganggapnya lebih penting. Sebaliknya, isu-isu yang kurang mendapat liputan media dapat diabaikan atau dianggap kurang relevan.

2. Pengaruh Terhadap Sikap dan Persepsi

Cara media mengemas cerita juga dapat memengaruhi sikap dan persepsi audiens terhadap isu tertentu. Jika suatu isu disajikan dengan framing yang mendukung pandangan tertentu, audiens dapat cenderung lebih setuju dengan pandangan tersebut. Sebaliknya, jika isu tersebut disajikan dengan framing yang berlawanan, audiens mungkin memiliki sikap yang berbeda.

3. Pengaruh Terhadap Emosi

Framing media dapat memicu emosi dalam audiens. Ketika media menggunakan framing yang mendalam dan kuat, seperti penggunaan gambar-gambar yang dramatis, ini dapat memicu emosi seperti kecemasan, ketakutan, atau kebencian. Emosi ini dapat memengaruhi cara audiens merespons isu tersebut dan mungkin bahkan memotivasi mereka untuk bertindak.

4. Pengaruh Terhadap Pengetahuan

Media juga berperan dalam membentuk pengetahuan publik tentang suatu isu. Dengan memilih informasi apa yang akan disampaikan dan bagaimana informasi itu disusun, media dapat mempengaruhi sejauh mana audiens memahami isu tersebut. Framing yang jelas dan informatif dapat meningkatkan pemahaman, sementara framing yang ambigu atau bias dapat mengaburkan pemahaman.

5. Pengaruh Terhadap Kepatuhan Terhadap Kebijakan

Pemberitaan media juga dapat memengaruhi tingkat dukungan atau ketidaksetujuan terhadap kebijakan tertentu. Jika media mengemas cerita dengan framing yang mendukung suatu kebijakan, audiens mungkin lebih cenderung mendukung kebijakan tersebut. Sebaliknya, jika framing media menyoroti masalah-masalah dengan kebijakan tersebut, audiens mungkin lebih cenderung menentangnya.

Kritik terhadap Framing Media

Meskipun framing media adalah alat yang kuat untuk membentuk pemahaman dan opini publik, pendekatan ini juga memiliki kritik dan tantangan. Beberapa kritik yang sering diajukan terhadap framing media meliputi:

1. Bias Media:
Framing media dapat menciptakan bias dalam berita. Beberapa media dapat memiliki kecenderungan politik atau ideologis tertentu, dan ini dapat tercermin dalam cara mereka mengemas berita. Ini dapat menghasilkan cerita yang tidak netral dan mungkin mengabaikan sudut pandang yang berbeda.

2. Kurangnya Keragaman Perspektif: 
Framing media yang terlalu terfokus pada satu sudut pandang dapat mengabaikan sudut pandang yang beragam. Hal ini dapat mengurangi keragaman pendapat dan membatasi diskusi yang sehat.

3. Manipulasi Emosi:
Penggunaan framing yang kuat untuk memicu emosi tertentu, seperti ketakutan atau kebencian, dapat dianggap manipulatif. Ini dapat memengaruhi cara audiens merespons berita tanpa mempertimbangkan secara rasional.

Kesimpulan

Framing media adalah konsep penting dalam dunia berita dan informasi. Teori-teori framing membantu kita memahami bagaimana media mengemas cerita dan bagaimana hal ini dapat memengaruhi pemahaman, sikap, emosi, dan tindakan publik terhadap isu-isu tertentu. 

Penting untuk memahami bahwa framing tidak selalu bersifat negatif, tetapi itu adalah alat yang digunakan oleh media untuk menyampaikan informasi dengan dampak tertentu.

Sebagai konsumen berita, penting bagi kita untuk menjadi kritis terhadap cara berita disajikan. Kita harus mencari sumber-sumber berita yang beragam, mendekati isu-isu dari berbagai sudut pandang, dan mengembangkan kemampuan untuk mengenali framing dalam berita. 

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang framing media, kita dapat lebih bijaksana dalam menafsirkan berita dan memahami dampaknya pada opini publik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun