"Sekarang Kamu di Mana?"
"Sekarang kamu di mana?" tanya Pak Sauji, seorang tukang pangkas rambut yang sudah lama saya kenal.
"Di Madiun, Pak, masih kuliah," jawab saya perlahan.
"Loh, itu beasiswa?" tanyanya dengan penasaran.
"Alhamdulillah, iya Pak, KIP Kuliah," jawab saya sambil tersenyum.
"Itu caranya gimana? ....... Semoga sukses ya," ujarnya.
"Aamiin, matur suwun, Pak," balas saya dengan penuh hormat.
Penggalan percakapan ini terjadi ketika aku pangkas rambut ke langganan di desa, Pak Sauji namanya, selain sebagai tukang pangkas rambut, Beliau juga mengolah sawah, menjadi sopir travel, dan mengerjakan pekerjaan apapun yang bisa menghasilkan. Namun, beliau mengungkapkan kebingungannya akan pendidikan anaknya yang sebentar lagi lulus SMA. Dengan nada penuh keprihatinan, beliau berkata bahwa membiayai pendidikan tinggi saat ini belum memungkinkan baginya.
Pembicaraan kami pun mengarah pada beasiswa KIP Kuliah yang saat ini saya terima. Beliau penasaran bagaimana cara saya memperolehnya, karena ini bisa menjadi harapan bagi pendidikan anaknya di masa depan.
Pelajaran Berharga
Dari percakapan ini, saya belajar banyak. Bagaimanapun kondisi kita saat ini, selalu ada alasan untuk bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan. Namun, selain bersyukur, kita juga perlu terus berjuang. Melihat mereka yang berada di atas kita, bukan untuk iri, tetapi untuk memotivasi diri agar terus tumbuh dan berkembang. Kehidupan adalah tentang menjalani proses, sabar, dan pantang menyerah.