Mohon tunggu...
Muhammad Nandar
Muhammad Nandar Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN SGD BANDUNG dan sekaligus pencari jati diri dengan mengeksplorasi kemampuan dalam bidang imajinasi bebas...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

MEMORI YANG MEMBEKAS

1 November 2012   14:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:06 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku memiliki teman yang selalu menempatkan tangannya di dagu dengan jari jari saling merapat tatkala ia berfikir mencoba mencari jalan dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Dia adalah sosok yang mungkin sulit dimengerti. Memiliki apa yang tidak dimiliki orang lain, pikiran  yang berputar kencang di saat seluruh tekanan menghampiri pikiran dan memiliki ketenangan yang tinggi dalam mengambil sikap. kontrol yang tinggi dalam emosi.

Waktu menunjukan pukul tiga sore dengan langit yang menguning di musim kemarau. Saat burung burung berterbangan beriringan, mungkin mencari makanan atau hanya sekedar terbang merenggangkan sayapnya yang kaku. Hembusan angin yang lembut mendinginkan suhu sekitar setelah beberapa jam yang lalu disengat sang mentari dengan teriknya. Banyak pasangan pemuda memadu kasih atau hanya kendaraan- kendaraan yang sekedar lewat sambil menikmati pemandangan sore.

Memang bulan ini bukanlah waktu yang sering digunakan untuk berkemah. Maka suasana perkemahan di daerah jatinangor kota bunga Bandung ini terasa tenang. Setelah mendapatkan perubahan pembangunan yang diterimanya kawasan ini memang jarang digunakan jalur umum. Hanya kendaraan roda dualah yang diperbolehkan memakai jalur ini. Kendaraan roda empat dipindahkan ke jalur lain yang memang lebih memutar.

Ada sosok yang yang menjadi perhatian sekitar. Sosok yang dikelilingi oleh burung burung yang lama dan baru hinggap. Aku mendekati sosok yang aku yakin adalah temanku ini.

“apa yang kau lakukan pada burung burung itu hingga mereka mengerubunimu??”

Burung burung yang menghinggapi sosok tersebut terbang Sebelum ia menjawab pertanyaanku. Terlihat sosok seorang lelaki dengan penampilan yang tidak terlalu menonjol dengan sweater lusuh dan jeans yang mengeluarkan bau pakan burung tanpa alas kaki ini mengekspresikan kekecewaan yang dilemparkan kepadaku.

“perbedaan hewan dengan manusia adalah hewan hanya memiliki insting dan manusia memiliki pikiran. Pada dasarnya insting Hewan hanya mengolah keuntungan dan bahaya. Di hari pada bulan seperti ini adalah waktu yang sulit bagi mereka mencari makanan dengan sumber yang minimal karena banyak kegagalan dalam pertanian kita temanku. Dan kau telah mengganggu jamuan yang aku hidangkan untuk mereka.”

“dan sudah berapa lama kau diam di tempat seperti ini” tanyaku sebelum dia membereskan penjelasannya.

“tepat setelah kau mengirim sms padaku. Dua jam tiga puluh menit dua puluh lima detik” jawabnya

“apa kau gila menunggu di tempat ini dibawah cuaca yang panas?”

“aku tidak gila karena masih mengenakan payung yang aku pegang dari tadi dan saya akan mengucapkan terima kasih jika kau memberikanku minuman yang kau bawa dari kulkas rumahmu itu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun