Mohon tunggu...
muhamad nabil
muhamad nabil Mohon Tunggu... Mahasiswa - NIM 23107030001, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta/prodi ilmu komunikasi

Nama : Muhammad Nabil NIM : 23107030001

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menyingkap Sisi Lain Kisah Tragis Fat Cat: Refleksi Terhadap Viralitas dan Kesetiaan

25 Mei 2024   09:10 Diperbarui: 25 Mei 2024   09:19 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/Tw7ey1ZJPNrMxhq88

Sebenarnya agak terlambat untuk membahas salah satu kasus viral yang baru kemarin-kemarin sering dibahas di berbagai platfom media masa, yaitu kisah Fat Cat. Sebenarnya pembahasan dalam tulisan ini bukan menjelaskan kisah dari Fat Cat yang menyebabkan dirinya harus mengakhiri hidup di Jembatan Sungai Yantze. Memang jika melihat kembali cerita tentang Fat Cat tentu kita akan bersimpati kepadanya. Bagaimana Fat Cat menjadi salah satu sosok laki-laki yang begitu bekorban kepada pujaan hatinya, bahkan rela berhemat agar bisa memenuhi keinginan orang yang disukainya. Sayangnya kisah cinta Fat Cat tidak seperti di dalam cerita-cerita romantic yang berakhir dengan Bahagia. Fat Cat justru dikhianati oleh orang yang disukainya yang di mana ini membuat Fat Cat begitu terpuruk dan pada akhirnya memilih untuk mengakhiri hidup.

Disini penulis mencoba melihat dari salah satu sudut pandang yang sangat jarang sekali dilihat oleh banyak orang, yaitu mengapa kasus seperti Fat Cat ini begitu ramai dibicarakan padahal kasus seperti ini banyak terjadi diberbagai tempat. Bahkan dinegara kita sendiri kasus bunuh diri akibat diputus cinta, atau dikhianati oleh orang yang dicintainya juga banyak. Penulis merasa kalau apa yang tersebar diberbagai media terlalu melebih-lebihkan kasus ini, apalagi ada yang mengatakan kisah dari Fat Cat begitu menyedihkan dan orang yang dicintai Fat Cat harus dihukum seberat-beratnya. Penulis sadar akan apa yang penulis tulis sekarang, tapi disini penulis tekankan kalau penulis mencoba melihat dari sudut yang mana banyak orang tidak melihatnya.

https://images.app.goo.gl/Mg8hG7jsBCmozMvH8
https://images.app.goo.gl/Mg8hG7jsBCmozMvH8

Pertama, mengapa harus bunuh diri sebagai pelarian? Memang sebagai orang yang normal tentu akan kecewa jika dirinya sudah semaksimal mungkin untuk bekorban melakukan banyak hal hanya untuk orang yang dicintainya namun dikecewakan pada akhirnya akan menimbulkan mental sendiri. Tapi bunuh diri bukan merupakan cara yanag tepat untuk menyelesaikan sebuah masalah. Selain karena dilarang dalam agama, dalam kehidupan social orang yang melakukan bunuh diri telah berdosa terhadap orang lain. Apakah pernah terlintas bahwa "keberadaan" seseorang itu mengikat terhadap "keberadaan" orang lain. "Keberadaan" ini lah yang sering tidak dianggap oleh banyak orang. Orang menganggap kalau dirinya yang salah dan tidak ada orang yang menanggapinya, padahal jika dicari ada segelintir orang yang telah terikat dengan "keberadaan"-nya.

Okelah jika memang dunia begitu jahat hingga benar-benar tidak ada yang terikat oleh "keberadaan" kita, maka penulis pernah mendapatkan sebuah ilmu yang mana jiwa manusia itu sebenarnya terkurung, dan pada waktunya jiwa tersebut bisa bebas.Orang yang meninggal secara normal jiwa mereka memang sudah waktunya untuk meninggalkan kurungannya, atau jasad. Ini berbeda dengan kasus bunuh diri yang mana jiwa tersebut belum waktunya lepas, tapi dengan paksa jiwa tersebut dikeluarkan. Perumpamaannya seperti orang yang dipenjara, bagaimana perasaan seorag narapidana yang keluar dari penjara dengan menepati waktunya, dengan narapidana yang keluar dengan paksa, atau diam-diam. Memang narapidana tersebut dapat menghirup kebebasan, namun dirinya akan dihantui oleh perasaan takut karena telah keluar secara paksaan.

https://images.app.goo.gl/YqepQyWyrQ4qdaw5A
https://images.app.goo.gl/YqepQyWyrQ4qdaw5A
Kedua, mengapa Fat Cat dikatakan sebagai simbol dari kesetiaan? Memang yang mengatakan seperti ini hanyalah oknum, namun perspektif seperti ini harus diluruskan. Apakah seorang yang bunuh diri karena depresi ditikung oleh orang yang dicintainya merupakan bentuk kesetiaan? Ada benarnya, namun kurang tepat. Jika memang Fat Cat adalah orang yang setia, maka yang dia lakukan bukanlah bunuh diri, namun melajang dan tetap berharap kalau orang yang dicintainya suatu saat akan mencintainya atau bahkan Fat Cat tidak akan memandang gadis lain selain orang yang dicintai. Memang terkesan egois dan malah membuat Fat Cat terlihat lebih menyedihkan karena tidak mau mencintai wanita lain. Namun kalau dpikir-pikir kembali, bukankah hal tadi bisa dikatakan lebih setia daripada harus bunuh diri? Bahkan penulis pernah mendapatkan cerita seseorang yang mana orang tersebut baru beberapa tahun menjalani rumah tangga namun takdir membuat pasangannya meninggal mendahuluinya dan sampai lansia tidak pernah untuk mencari pasangan lain karena masih cinta dengan pasangannya yang sudah meninggal. Bukankah cerita ini lebih romantis dan lebih berkesan kesetiaan seseorang tersebut?

Memang apa yang penulis sekarang tulis kurang berkenan untuk beberapa orang. Namun faktanya ada beberapa orang yang memiliki pemikiran sama dengan penulis. Memang kisah Fat Cat bisa membuat kita memahami bagaimana bentuk rasa cinta seseorang yang terlalu cinta dengan apa yang dicintainya bisa membuat seseorang buta, dan dia akan berusaha keras membuat apa yang dicintainya senang bahkan jika itu malah membuat sengsara seseorang tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun