Sebenarnya agak terlambat untuk membahas salah satu kasus viral yang baru kemarin-kemarin sering dibahas di berbagai platfom media masa, yaitu kisah Fat Cat. Sebenarnya pembahasan dalam tulisan ini bukan menjelaskan kisah dari Fat Cat yang menyebabkan dirinya harus mengakhiri hidup di Jembatan Sungai Yantze. Memang jika melihat kembali cerita tentang Fat Cat tentu kita akan bersimpati kepadanya. Bagaimana Fat Cat menjadi salah satu sosok laki-laki yang begitu bekorban kepada pujaan hatinya, bahkan rela berhemat agar bisa memenuhi keinginan orang yang disukainya. Sayangnya kisah cinta Fat Cat tidak seperti di dalam cerita-cerita romantic yang berakhir dengan Bahagia. Fat Cat justru dikhianati oleh orang yang disukainya yang di mana ini membuat Fat Cat begitu terpuruk dan pada akhirnya memilih untuk mengakhiri hidup.
Disini penulis mencoba melihat dari salah satu sudut pandang yang sangat jarang sekali dilihat oleh banyak orang, yaitu mengapa kasus seperti Fat Cat ini begitu ramai dibicarakan padahal kasus seperti ini banyak terjadi diberbagai tempat. Bahkan dinegara kita sendiri kasus bunuh diri akibat diputus cinta, atau dikhianati oleh orang yang dicintainya juga banyak. Penulis merasa kalau apa yang tersebar diberbagai media terlalu melebih-lebihkan kasus ini, apalagi ada yang mengatakan kisah dari Fat Cat begitu menyedihkan dan orang yang dicintai Fat Cat harus dihukum seberat-beratnya. Penulis sadar akan apa yang penulis tulis sekarang, tapi disini penulis tekankan kalau penulis mencoba melihat dari sudut yang mana banyak orang tidak melihatnya.
Pertama, mengapa harus bunuh diri sebagai pelarian? Memang sebagai orang yang normal tentu akan kecewa jika dirinya sudah semaksimal mungkin untuk bekorban melakukan banyak hal hanya untuk orang yang dicintainya namun dikecewakan pada akhirnya akan menimbulkan mental sendiri. Tapi bunuh diri bukan merupakan cara yanag tepat untuk menyelesaikan sebuah masalah. Selain karena dilarang dalam agama, dalam kehidupan social orang yang melakukan bunuh diri telah berdosa terhadap orang lain. Apakah pernah terlintas bahwa "keberadaan" seseorang itu mengikat terhadap "keberadaan" orang lain. "Keberadaan" ini lah yang sering tidak dianggap oleh banyak orang. Orang menganggap kalau dirinya yang salah dan tidak ada orang yang menanggapinya, padahal jika dicari ada segelintir orang yang telah terikat dengan "keberadaan"-nya.
Okelah jika memang dunia begitu jahat hingga benar-benar tidak ada yang terikat oleh "keberadaan" kita, maka penulis pernah mendapatkan sebuah ilmu yang mana jiwa manusia itu sebenarnya terkurung, dan pada waktunya jiwa tersebut bisa bebas.Orang yang meninggal secara normal jiwa mereka memang sudah waktunya untuk meninggalkan kurungannya, atau jasad. Ini berbeda dengan kasus bunuh diri yang mana jiwa tersebut belum waktunya lepas, tapi dengan paksa jiwa tersebut dikeluarkan. Perumpamaannya seperti orang yang dipenjara, bagaimana perasaan seorag narapidana yang keluar dari penjara dengan menepati waktunya, dengan narapidana yang keluar dengan paksa, atau diam-diam. Memang narapidana tersebut dapat menghirup kebebasan, namun dirinya akan dihantui oleh perasaan takut karena telah keluar secara paksaan.
Memang apa yang penulis sekarang tulis kurang berkenan untuk beberapa orang. Namun faktanya ada beberapa orang yang memiliki pemikiran sama dengan penulis. Memang kisah Fat Cat bisa membuat kita memahami bagaimana bentuk rasa cinta seseorang yang terlalu cinta dengan apa yang dicintainya bisa membuat seseorang buta, dan dia akan berusaha keras membuat apa yang dicintainya senang bahkan jika itu malah membuat sengsara seseorang tersebut.