2. Peningkatan Kolaborasi Jika tata ruang yang baru dirancang untuk mendorong kolaborasi antar karyawan, peningkatan jumlah diskusi atau meeting informal bisa menjadi indikator keberhasilan.
Contoh: Terjadi peningkatan interaksi antar tim yang lebih sering berdiskusi di ruang terbuka daripada menggunakan meeting room.
3. Produktivitas yang Meningkat Ketika produktivitas meningkat setelah implementasi tata ruang baru, ini menunjukkan ruang tersebut berfungsi mendukung efisiensi kerja.
Contoh: Setelah perbaikan tata ruang, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek menurun 10%.
4. Peningkatan Kesehatan dan Kesejahteraan Jika ada penurunan jumlah karyawan yang melaporkan masalah kesehatan terkait dengan kondisi fisik ruang kantor, seperti sakit punggung atau stres, ini menunjukkan tata ruang baru memberikan dampak positif.
Contoh: Jumlah cuti sakit yang diambil karyawan menurun setelah implementasi tata ruang ergonomis yang lebih baik.
5. Optimalisasi Penggunaan Ruang Penggunaan yang lebih baik dari area-area tertentu, seperti ruang meeting, pantry, atau ruang kerja pribadi. Jika ruang meeting tidak lagi sering kosong atau ada area kerja bersama yang lebih banyak dipakai, itu tanda ruang tersebut efektif.
Contoh: Ruang meeting sebelumnya hanya digunakan 30% dari waktu yang tersedia, namun setelah tata ruang diubah, penggunaannya meningkat menjadi 70%.
Referensi:
Gensler, D. (2013). The Impact of Office Design on Business Performance. Journal of Facilities Management, 11(1), 33-51.
Fisher, D. (2016). How Office Layout Affects Employee Productivity. Harvard Business Review. Retrieved from https://hbr.org/2016/02/how-office-layout-affects-employee-productivity