WarSa juga memanfaatkan narasi inklusivitas, menjanjikan kemandirian ekonomi berbasis kerakyatan. Ini adalah langkah strategis untuk menarik perhatian kelompok pemilih yang selama ini merasa teracuhkan. Namun, akan menarik untuk melihat bagaimana mereka menyatukan inovasi teknologi dengan pendekatan ekonomi berbasis komunitas dua hal ini yang sering kali berseberangan.
Dua visi yang berbeda ini mencerminkan dua jalan yang bisa ditempuh oleh Jombang: kesinambungan atau perubahan. Pilihan ini juga menggambarkan pergeseran preferensi masyarakat terhadap kepemimpinan lokal. Apakah mereka akan tetap percaya pada kepemimpinan (MuRah) dengan segala stabilitas yang ditawarkan? Ataukah mereka akan memberi peluang kepada wajah baru yang membawa janji perubahan?
Kritik terhadap paslon pertama sering kali menjadi bahan bakar bagi paslon penantang. Namun, sejarah politik menunjukkan bahwa keberhasilan narasi perubahan sangat bergantung pada kemampuan penantang untuk meyakinkan pemilih bahwa mereka tidak hanya berbeda, tetapi juga lebih baik.
Warsubi-Salmanudin Yazid (WaRsa) unggul dengan elektabilitas 53,9%, jauh meninggalkan Mundjidah Wahab-Sumrambah (MuRah) di angka 23,9%. Keunggulan WaRsa terutama ditopang oleh narasi perubahan yang relevan dengan harapan masyarakat Jombang (67,2% menginginkan pemimpin baru). Fokus mereka pada inovasi, seperti digitalisasi layanan publik dan pembangunan infrastruktur merata, menarik bagi pemilih muda dan undecided. Namun, tantangan terbesar WaRsa adalah mempertahankan momentum hingga hari pemilihan. Kelompok undecided, sekitar 22% pemilih, masih bisa menjadi penentu akhir. MuRah, meskipun tertinggal, masih memiliki peluang jika berhasil menonjolkan capaian petahana dan memobilisasi basis loyal.
Kesimpulan
Dalam Pilkada Jombang 2024, masyarakat dihadapkan pada dua pilihan besar: melanjutkan stabilitas atau mengejar terobosan baru. MuRah memiliki peluang jika mereka mampu meyakinkan pemilih dengan bukti konkret dari capaian mereka. Sementara itu, WarSa, dengan narasi perubahan dan inovasi, menjadi penantang yang kuat.
Pada akhirnya, pemenang tidak hanya ditentukan oleh visi-misi yang tertulis di atas kertas, tetapi juga kemampuan masing-masing paslon untuk menjalin hubungan emosional dengan masyarakat Jombang. Siapa pun yang menang, pilihan ini akan menjadi cerminan dari aspirasi kolektif warga untuk masa depan Jombang yang lebih baik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI