Mohon tunggu...
Muhamad Fahbel Ilham Jamra
Muhamad Fahbel Ilham Jamra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student at IPB University

BIK 57

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Grebeg Suro Ponorogo 2023: Menghidupkan Tradisi dan Kebersamaan dalam Perayaan Budaya

23 Juli 2023   17:01 Diperbarui: 23 Juli 2023   17:06 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ponorogo, 23 Juli 2023 - Suasana penuh semangat dan kebersamaan menghiasi kota Ponorogo saat masyarakat merayakan festival budaya tahunan yang paling dinanti, Grebeg Suro 2023. 

Acara yang berlangsung pada malam hari ini menjadi momentum untuk menghidupkan tradisi lama dan memperkuat rasa persaudaraan diantara warga setempat. 

Ribuan pengunjung dari berbagai daerah berduyun-duyun menghadiri perayaan yang spektakuler ini. Festival ini merupakan perayaan terbesar yang terdapat di Jawa Timur khususnya Ponorogo. 

Grebeg Suro selalu dirayakan setiap tanggal 1 Muharram (1 Suro pada kalender Jawa) disetiap tahunnya. Pada tahun ini, Grebeg Suro berlangsung selama 10 hari, yaitu dari tanggal 9 Juli -18 Juli 2023. Sebelum 1 Suro, yaitu satu hari sebelumnya diadakan pawai lintas sejarah dan kirab pusaka dari kota lama ke kota tengah. Hal ini dilakukan untuk mengenang perpindahan pusat pemerintahan Kabupaten Ponorogo dari kota lama ke kota tengah. Sedangkan, pada malam 1 Suro diadakan penutupan Festival Nasional Reog Ponorogo dan pengumuman lomba dan tepat tanggal 1 Suro diadakan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel.

Pada festival ini juga diadakan pemeran hasil desa dari kecamatan-kecamatan yang berada di Ponorogo. Kecamatan Sooko merupakan salah satu kecamatan yang mengikuti pameran hasil desa di festival Grebeg Suro tahun 2023. Hasil desa yang dipamerkan diletakkan di meja yang berada di dalam stand. Kecamatan Sooko, Pulung, dan Pudak berada dalam satu stand yang sama. Hasil desa di Kecamatan Sooko yang dipamerkan dalam festival ini adalah bawang merah, cabai merah berukuran besar, petai, terung ungu, kripik tempe, kripik pisang, jamu bubuk kunyit asam, jamu bubuk beras kencur, jamu bubuk jahe merah, roti jahe, kopi bubuk, dan tas anyaman bahan jali.

Tas anyaman bahan jali merupakan hasil dari Desa Suru, Kecamatan Sooko. Terdapat 10 tas yang ditampilkan dalam pameran ini. Tas yang diikutsertakan dalam festival ini memiliki beragam model dan ukuran. Sedangkan, harga yang dibandrol mulai dari 25.000 hingga 65.000. Model, kombinasi warna, dan aksesoris pada tas memiliki daya tarik yang tinggi sehingga dapat menarik hati masyarakat untuk membelinya. Dulu tas anyaman ini sering digunakan untuk belanja ke pasar. Namun, saat ini tas anyaman ini mulai diminati oleh berbagai kalangan. ''Sekarang tas ini jadi fashion item kekinian yang menunjang penampilan'' ungkap Lili sebagai anggota PKK Akademia yang menjaga stand pameran hasil desa Kecamatan Sooko.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun