Mohon tunggu...
Muhamad Irfan
Muhamad Irfan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Sangat cinta tanah air

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seonggok Mayat Penumpang Pesawat AirAsia di Laut Lepas

20 Januari 2015   05:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:47 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang sudah tahu tentang musibah pesawat Airasia yang jatuh di sekitar perairan Kalimantan Barat, namun tidak banyak orang tahu tentang mayat yang mengapung di laut korban dari kecelakaan pesawat tersebut. Dari atas anjungan kapal survei Baruna Jaya I, saya tersentak kaget, merinding, sambil menatap seonggok mayat di laut lepas. Membayangkan sekilas apa yang terjadi saat pesawat yang sedang menukik tajam menuju permukaan laut yang begitu mencekam. Jeritan para penumpang yang tak tertahankan bagaikan jeritan saat naik roller coaster, bahkan lebih hebat dari itu.

Seonggok mayat tersebut menggambarkan bagaimana suasana mencekam yang terjadi saat pesawat Airasia melayang-layang di udara tanpa kendali. Terlihat dari tubuhnya yang tanpa mengenakan jaket pelampung, karena tidak ada waktu untuk memikirkan benda pengaman tersebut. Saat itu yang terpikirkan adalah menjerit dan menjerit sekuatnya, mungkin beberapa orang ada yang sempat berdoa sambil berteriak minta tolong. Kepada siapa minta tolong?

Ya, minta tolong kepada yang diingat saat itu. Apabila yang diingat adalah ibunya, maka berteriaklah minta tolong sama ibunya, ibuuu …. Apabila yang diingat adalah Tuhannya, maka berdoalah dengan keras, karena saat itulah sakaratul maut sedang dekat.

Seonggok mayat tersebut juga menggambarkan bahwa jenis kelaminnya adalah perempuan. Menurut pengalaman, jika mayat perempuan, maka kondisi jasadnya akan tertelungkup di permukaan laut, tapi sebaliknya jika mayat laki-laki, maka kondisi badannya akan terlentang. Hal ini diperkuat dengan kondisi mayat yang tertelungkup hanya mengenakan kaos yang terangkat sampai dada dan celana dalam saja. Kemungkinan jasad tersebut awalnya mengenakan rok yang mudah terbuka saat berada di dalam laut.

Seonggok mayat tersebut dalam kondisi badan yang menggembung persis seperti boneka balon. Awalnya saya tidak percaya bahwa benda tersebut adalah mayat manusia. Terlihat seperti boneka pajangan di toko, kulitnya berwarna putih pucat, namun saat itu kami sedang berada di area jatuhnya pesawat, maka sudah dipastikan objek tersebut adalah mayat manusia. Pelan-pelan kapal survei kami mendekati mayat yang sedang mengapung tersebut. Sekilas bau tidak sedap yang begitu tajam saat mendekat mayat tersebut. Saat itu waktu menunjukkan tanggal 1 Januari 2014 hari Kamis pukul 11:30 WIB. Pertama kali dalam hidup, saya dihadiahi dengan melihat seonggok mayat yang mengapung di tengah lautan di hari tahun baru. Diperkirakan jasad tersebut sudah 4 hari berada di lautan lepas, sejak hilangnya pesawat Airasia yang hilang kontak pada hari minggu tanggal 27 Desember 2014.

Seonggok mayat tersebut mengapung-ngapung di permukaan laut tanpa arah dan tujuan, sampai ada orang yang mengangkatnya. Saat itu arus laut sedang mengarah ke timur maka jasad tersebut pun bergerak perlahan ke arah timur. Kapal kami terus mengikuti jasad tersebut menunggu tim SAR yang lebih ahli dalam hal mengangkat jasad yang sudah mengembung di laut. Kapal kami tidak dilengkapi dengan peralatan untuk mengangkat mayat manusia, karena kapal kami akan mencari objek pesawat di dasar laut, bukan objek yang mengapung di permukaan laut.

Seonggok mayat tersebut masih menunggu bala bantuan untuk diangkat, kami tidak berdaya untuk mengambil jasad dari laut, hanya bisa mengikuti mayat tersebut supaya tidak hilang dari pandangan mata. Saat itu cuaca tidak bersahabat, hujan deras turun, angin kencang berhembus, ombak setinggi 3 meter menyapu bagian dek kapal kami. Kontak radio dengan tim SAR nasional berhasil, namun kami tetap menunggu di dekat seonggok mayat tersebut.

Akhirnya menjelang sore kami berhasil berkomunikasi dengan kapal perang Kerajaan Malaysia. Kapal tersebut merupakan bagian dari tim SAR pesawat Airasia yang hilang. Mereka bersedia untuk mengambil mayat yang mengapung tersebut. Kami memandu mereka dimana letak mayat tersebut persisnya. Alhamdulillah mereka berhasil mengangkat mayat tersebut. Setelah mengucapkan terima kasih atas ketulusan mereka akhirnya kami berpisah. Kapal perang Malaysia tersebut akan menyerahkan ke tim SAR nasional, sedangkan kami menuju perairan dangkal di Teluk Kumai untuk berlindung dari ganasnya ombak yang menerjang kapal survei Baruna Jaya I.

Akhirnya di awal tahun 2015 ini, saya mencoba menarik benang merah dari kejadian ini sebagai pelajaran hidup yang sangat berharga. Pelajarannya adalah … jangan bermain-main dengan maut!

Maut bisa mengintai siapa pun manusia yang masih hidup dan dimana pun dia berada. Jika kita lalai dan melupakan maut, maka kita akan lupa pada saat maut di depan mata. Apakah besok, lusa, minggu depan, tahun depan, 5 tahun lagi, 10 tahun lagi … entahlah. Marilah kita semua memperhatikan apa yang telah diperbuat saat ini untuk hari esok, karena hari esok tidak ada satu pun manusia yang tahu apa yang akan terjadi.

Semoga korban kecelakaan pesawat Airasia mendapatkan Rahmat di alam sana oleh Sang Khalik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun