Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal Maulana
Muhamad Iqbal Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir di Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra, Jakarta Selatan.

Jangan berhenti ketika lelah, namun berhentilah ketika sudah berakhir.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Falsafah Manusia [3]: Manusia sebagai Makhluk yang Bertanya

12 Juni 2020   10:09 Diperbarui: 12 Juni 2020   10:11 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertanyaan adalah suatu cara dalam memaknai dan menandai berbagai pengalaman. "Mengapa sesuatu bisa terjadi padaku?". "Apa makna di balik peristiwa tersebut?". "Apa manfaatnya bagiku?". "Apakah setiap peristiwa yang menimpaku memiliki makna yang positif?". "Mengapa sesuatu tidak terjadi pada orang lain?". Selain dari draft pertanyaan tersebut, dari sejak awal manusia dilahirkan ke muka bumi, pertanyaan demi pertanyaan sering muncul darinya.

Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk yang bertanya. Sebagai contoh, dari awal manusia masih  berumur belia, ia senantiasa melontorkan pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan bahasa simbolik melalui penunjukkan. Seiring waktu berjalan, manusia pun bertumbuh dan berkembang hingga pertanyaan-pertanyaan pun menjadi banyak, seolah tiada henti untuk mengetahui segala hal. Ia bertanya tentang benda-benda di sekitar, orang-orang, binatang, tumbuhan, alam semesta, tuhan, dan objek-objek lainnya.

Pertanyaan menakjubkan pun hadir dari manusia, bahwa selain ia mampu bertanya mengenai objek-objek di atas, sampai-sampai ia bertanya mengenai dirinya sendiri sebagai manusia. Dengan demikian, karena bertanya adalah awal untuk mengantarkan manusia berfilsafat. Rasa heran, skeptis (ragu), dan tidak yakin, adalah sebagai awal pendorong manusia untuk berfilsafat.

Aktivitas demikian, telah terbukti oleh para filsuf dari awal kemunculannya sampai masa kini bagaimana mereka mempertanyakan segala unsur-unsur dasar dan fundamen dari benda, manusia, alam semesta, dan lain sebagainya. Beragam temuan dan ide yang mereka dapatkan sesuai dengan kemampuan mereka sendiri.

Begitupun dengan kita yang masih jauh untuk dijuluki atau bahkan menjadi seorang filsuf, tidak hanya berhenti begitu saja ketika bertanya tentang pengalaman diri kita sendiri. Justru, seringkali terjadi pencarian makna yang lebih dalam lagi dari pada makna sebelumnya yang kita dapatkan. Hal itu dilakukan dengan penuh kesadaran dan perefleksian, sehingga makna dan tanda pun mampu kita dapatkan.

Dari beberapa literatur yang penulis baca, salah satunya dalam buku "Dunia Manusia - Manusia Mendunia", karya Emanuel Prasetyono, bahwa pertanyaan yang paling mendasar dan prinsipil dalam hidup manusia adalah pertanyaan tentang eksistensi dan hakikatnya sebagai manusia yang hidup. 

Oleh karenanya, pertanyaan tentang dirinya sendiri, eksistensi (kehadiran), dan hakikat manusia adalah pertanyaan yang paling hakiki dalam hidupnya. Pertanyaan tersebut, membutuhkan perenungan dan perefleksian lebih dalam. Berbeda dengan binatang, ia pada dirinya sendiri tidak mempu berbuat seperti manusia apalagi mempertanyakan tentang dirinya sendiri. Begitu hebatnya manusia, karena dengan bertanya manusia dapat tumbuh, berkembang, cerdas, dan mampu merasakan dinamika hidup.

#falsafahmanusia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun