(23/01/2023)-Â Jika sebelumnya saya mengunjungi rumah kelahiran Roeslan Abdulgani, di Jl Plampitan VIII, Surabaya kali ini saya kembali berkunjung ke tempat bersejarah lainnya di kota pahlawan yakni rumah di gang sempit tepatnya di Jl Plampitan VII.
Rumah yang sejak tahun 2017 diresmikan oleh Walikota Surabaya saat itu, Tri Rismaharini sebagai Museum H.O.S Tjokroaminoto itu kini banyak dikunjungi oleh para wisatawan dari dalam dan luar kota hal ini tentunya karena tidak lain oleh kepopuleran dari tokoh Sarekat Islam, Hadji Oemar Said Tjokroaminoto yang berhasil merubah SI dari yang awalnya pada tahun 1905 didirikan oleh seorang pedagang batik yakni Haji Samanhoedi demi melawan eksistensi banyaknya pedagang asal China yang berdagang di kawasan laut sekitar pulau Jawa.
Alasan lainnya yang membuat bangunan yang kini sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya ini adalah karena banyaknya para mantan anak kost di rumah ini yang sukses dan menjadi tokoh- tokoh besar dengan paham atau ideologi yang berbeda namun dari guru yang sama yakni Tjokroaminoto.Â
Beberapa anak kost yang kemudian menjadi tokoh penting adalah Soekarno, Alimin, Darsono, Kartosuwiryo dan Semaun  yang sangat banyak mempengaruhi panggung sejarah dan politik Indonesia.
Tentunya keakraban, kebersamaan yang terjadi di kost ini pada akhirnya akan mulai sirna ketika para mantan anak kost ini yang renggang dan pecah karena adanya perbedaan ideologi yang dipilih oleh masing-masing tokoh tersebut.
Bangunan yang juga merupakan saksi bisu bahtera rumah tangga Tjokroaminoto dan istri pertamanya Soeharsikin dan juga anak Tjokro, Siti Oetari dan Soekarno ini bisa dikatakan bentuknya tidak berubah dan hanya ada perubahan sedikit pada bagian genteng yang jauh lebih bagus dari aslinya.
Bangunan khas rumah Jawa lama tempo dulu sangat jelas nampak ketika kita datang ke tempat ini serta jendela dan pintu yang khas zaman dahulu, bahkan kita juga akan langsung terasa terbawa ke era dimana H.O.S Tjokroaminoto masih hidup di rumah tersebut.
Selain terdapat sejumlah koleksi foto, dokumen,surat kabar,buku sampai ranjang pribadi milik Tjokro beserta anak kostnya masih dijaga dengan baik oleh pihak pengelola UPTD Museum Surabaya selaku pihak yang berwenang dalam pengelolaan bangunan cagar budaya tersebut.
Menariknya ketika saya berkunjung ke rumah peninggalan ' raja Jawa tanpa mahkota' Â ini justru menemukan banyak sekali pengunjung yang datang mulai dari orang tua sampai para remaja datang secara bergantian menuju rumah bersejarah ini.