(26/12/2022)-Â Media sosial sekarang ini menjadi salah satu sarana yang bisa digunakan atau dimanfaatkan untuk berbagi informasi, ilmu pengetahuan berita terkini dan lain sebagainya.
Perkembangan jumlah pengguna aktif media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp, Telegram dan lain sebagainya terus bertambah dari tahun ke tahun hal ini diakibatkan oleh adanya faktor seringnya pembaruan yang dilakukan aplikasi tersebut dengan banyak menambahkan fitur-fitur baru sehingga membuat semakin betah para penggunanya.
Kehadiran media sosial kini justru tidak sebanding dengan tujuan awal dari dibuatnya media sosial untuk berbagi informasi, dan mempermudah komunikasi terutama jarak jauh dengan teman, sahabat, atau keluarga yang jaraknya jauh dari lokasi kita tinggal. Kini media sosial menjelma menjadi ajang adu sikut beberapa pihak mulai dari urusan politik, rasisme bahkan sampai ujaran kebencian.
Akan tetapi yang paling fatal bukanlah itu melainkan banyaknya konten-konten berbagai bentuk dan rupa yang tidak dibuat oleh ahlinya atau orang-orang yang murni mempelajarinya dengan dalih berbagi informasi namun tanpa bersumber atau berpegangan terhadap sumber yang kredibel dan dapat dipercaya.
Banyak konten-konten laris manis dan ditonton ratusan bahkan jutaan orang yang mana sebetulnya tidak seperti itu, namun karena konten kreator hanya mengambil sebagian atau seluruhnya pemikiran orang lain atau peristiwa sejarah tanpa mengutip penulis aslinya sangatlah berbahaya dan beresiko menimbulkan kegaduhan dan multitafsir di masyarakat.
Sayangnya justru konten-konten tidak valid atau salah ini tidak diberantas atau dihapus oleh pengelola aplikasi tersebut dengan alasan berbagai macam padahal dengan sangat jelas aplikasi tersebut menganggu dan merusak marwah dari media sosial sebagai wadah berekspresi di dunia Maya.
Maka dari itu justru perilaku membuat konten asal-asalan tanpa data yang jelas, kredibel dan terpercaya sangatlah berbahaya karena jika saja dibiarkan secara terus-menerus bukan hanya menjadi bumerang dikemudian hari akan tetapi fakta-fakta yang seharusnya tersampaikan justru tertutupi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab hanya karena ingin meraih keuntungan semata.
Dari kejadian maraknya konten asal-asalan membuat sejumlah ahli yang berbicara apa adanya sesuai data, fakta dan sumber kredibel dianggap ngawur atau tidak sesuai dengan fakta. Dalam media sosial justru kita banyak melihat para ahli dihujat dan dihina dan netizen justru lebih mempercayai konten-konten asal-asalan yang dibuat secara serampangan tanpa memikirkan dampaknya.
Baiknya pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika ( Kominfo) membuat regulasi dan aturan siapa-siapa saja yang bisa membuat konten berkaitan dengan informasi, fakta dan data yang seharusnya merupakan tugas dari para akademisi justru hari ini tidak ada bedanya dengan orang-orang yang tidak menempuh atau mempelajari ilmu-ilmu tersebut.Â
Maka sudah saatnya pemerintah membuat regulasi yang mengatur dan menindaklanjuti permasalahan ini untuk menindaklanjuti atau memantau para konten kreator dengan memberikan hukuman yang jera agar tidak ada lagi konflik-konflik atau persinggungan di tengah masyarakat yang dibuat oleh beberapa oknum di media sosial yang berpotensi memecah belah bangsa.