(07/12/2022)- Museum Konferensi Asia-Afrika merupakan sebuah museum yang berorientasi terhadap satu momen khusus dan penting di Kota Bandung yakni Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
Gedung Merdeka yang merupakan dua bangunan selain Gedung Dwi Warna,yang digunakan pada perhelatan konferensi pertama bangsa kulit berwarna di benua Asia dan Afrika ini menjadi cikal bakal bahwa dunia ketiga atau negara-negara non blok ini hadir sebagai jembatan untuk meredam gejolak perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat.
Sebagai sarana edukasi, rekreasi dan juga tempat bersejarah Museum Konferensi Asia-Afrika terus berbenah sejak diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 April 1980 yang diinisiasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia ketika itu, Mochtar Kusumaatmadja yang namanya sekarang diabadikan menjadi sebuah flyover di Kota Bandung.
Berbagai perubahan dan penyegaran baik dari segi tampilan, teknologi serta sumber daya manusia juga terus dibenahi dan ditambah demi pelayanan maksimal untuk para pengunjung yang datang secara langsung ke museum yang terletak di Jalan Asia-Afrika, No. 65, Bandung ini.
Sebagai tempat belajar sejarah dan diplomasi museum yang berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Diplomasi dan Informasi Publik, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia ini juga memiliki beberapa kegiatan yang tidak dimiliki oleh museum lainnya yang ada di kota kembang.
Diantaranya Bandung Historical Study Games ( BHSG), Night at The Museum, Bandung Literasi Asia-Afrika, sejumlah seminar dan kegiatan lainnya. Selain itu, museum ini memiliki komunitas yang berperan aktif dalam pengembangan dan inovasi di museum.
Komunitas ini bernama Sahabat Museum Konferensi Asia-Afrika yang didirikan pada tanggal 11 Februari 2011 oleh Deni Rachman dan tiga orang rekannya dengan tujuan melestarikan dan mengenalkan nilai-nilai dalam komunike akhir Konferensi Asia-Afrika 1955 yang kita lebih kenal sebagai Dasasila Bandung yang berisikan empat poin utama yaitu ( kesetaraan, kerjasama internasional, hidup berdampingan secara damai, dan menghormati kedaulatan bangsa-bangsa di dunia).
Pada masa pandemi selama dua tahun Museum Konferensi Asia-Afrika terus menyesuaikan dengan  perkembangan zaman dengan menghadirkan kemasan yang menarik khalayak luas yakni live Instagram selama satu jam dengan menghadirkan sejumlah narasumber berkompeten dengan didampingi sejumlah Edukator tersertifikasi.
Selain itu, pada acara ini juga sering diadakan bagi-bagi souvenir atau hadiah berkaitan dengan Konferensi Asia-Afrika guna mengenalkan sejarah dan pengaruh peristiwa sejarah tersebut terhadap masyarakat umum. Â Pengembangan lainnya yaitu adanya virtual tour museum yang bisa disaksikan dengan mengunjungi langsung website museum berikut ini .
Dengan masa pandemi yang telah dinyatakan usai, museum sebetulnya sudah terbuka dan bisa dikunjungi oleh pengunjung namun karena masih masa adaptasi pihak pengelola melakukan pembatasan kunjungan dengan memperhatikan standar protokol kesehatan yang berlaku.