(14/08/2022)- Pengabdi Setan 2 tengah menjadi perbincangan hangat selain karena dua film pendahulunya sukses dipasaran juga karena sudah ditunggu-tunggu selama 5 tahun lamanya.
Film yang merupakan produksi dari Rapi Films tersebut sebetulnya merupakan reboot film dengan judul yang sama di tahun 1982. Joko Anwar merupakan sutradara film yang bisa dikatakan tidak pernah setengah-setengah dalam membuat sebuah film.
Kesuksesan dua film ini menjadikan beberapa penggemar fanatik menjadi tersugesti dan menganggap apa yang ada di dalam film tersebut menjadi kenyataan. Padahal sebetulnya film hanyalah sebuah cerita fiksi dan jauh dari kenyataan.
 Beberapa situs dan peristiwa bersejarah yaitu Observatorium Bosscha, dan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 menjadi negatif dan dikait-kaitkan dengan mistik dan horor selepas ditampilkan dalam film Pengabdi Setan 2.
Observatorium Bosscha merupakan pusat pengembangan ilmu astronomi, dan sains tertua di Indonesia yang didirikan oleh pada tahun 1923 oleh Karel Albert Rudolf Bosscha, yang juga merupakan tuan tanah pemilik kebun Teh di Pangalengan pada masa Hindia-Belanda.
Sementara itu, Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 merupakan sebuah konferensi yang dilakukan oleh negara-negara di kawasan Asia dan Afrika yang tidak ingin terbelenggu oleh negara adidaya yang kala itu masih di era Perang Dingin.Â
Konferensi yang diadakan di Gedung Merdeka dan Gedung Dwi Warna tersebut menghasilkan kesepakatan yang disebut sebagai Dasasila Bandung. Dimana 29 negara di Asia dan Afrika tersebut menyepakati empat prinsip utama yakni hidup berdampingan secara damai, meningkatkan kerjasama di bidang ekonomi, tidak ikut campur urusan dalam negeri, dan tidak terbelenggu oleh kepentingan negara adidaya.
Meskipun keduanya tidak memiliki pandangan negatif secara fakta sejarah namun, akibat adanya adegan dalam film Pengabdi Setan 2 sebetulnya tidak lah benar adanya karena peristiwa tersebut meskipun mendatangkan timbal balik berupa keuntungan seperti diucapkan oleh Joko Anwar justru menjadikan situs dan peristiwa bersejarah tersebut menjadi negatif di mata publik.