Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal Al Hilal
Muhamad Iqbal Al Hilal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Freelance Writer

Penulis berkonsentrasi pada isu sejarah, politik, sosial ,ekonomi, hiburan dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari Museum Internasional, Momentum Digitalisasi Museum di Indonesia

18 Mei 2022   08:51 Diperbarui: 18 Mei 2022   09:09 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: International Council of Museums

(18/05/2022)- Museum diartikan sebagai tempat penyimpanan benda-benda atau artefak tinggalan masa lampau yang memiliki tujuan sangat mulia yaitu sebagai sarana edukasi yang lengkap sekaligus murah karena biasanya dengan cara seperti ini masyarakat baru mau berkunjung ke tempat yang sebenarnya jauh lebih bermanfaat dan mengedukasi ketimbang beraktivitas menonton televisi seharian.

Hari museum internasional diperingati sejak tahun 1977 setiap tanggal 18 Mei, museum dalam perkembangannya pada akhirnya bertransformasi menjadi sarana edukasi yang dikemas sesuai dengan kebutuhan pengunjung maksudnya disesuaikan dengan usia dari pengunjung yang datang.

Tujuan Hari Museum Internasional (IMD) adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang fakta bahwa, "Museum adalah sarana penting pertukaran budaya, pengayaan budaya dan pengembangan saling pengertian, kerja sama dan perdamaian di antara masyarakat". Seperti dikutip dari situs website International Council of Museums (ICOM)

Pembahasan tulisan saya kali ini lebih kepada menyoroti museum dalam lingkup di Indonesia atau skala nasional. Museum di Indonesia agaknya tidak lepas dari pengaruh kolonial yang sudah lumayan lama menguasai Indonesia dari 1619-1942 ada alasan saya mengambil tahun 1619 karena pada tahun tersebut Jayakarta yang dulunya bernama Sunda Kelapa secara resmi dikuasai oleh VOC di masa pemerintahan Jan Pieterszoon Coen yang mengganti namanya kemudian menjadi Kota Batavia.

Perkembangan museum agaknya hanya terjadi pada museum di kota-kota besar semata seperti Museum Nasional, Museum Konperensi Asia-Afrika, Museum, Museum Digital Bekasi dan lain sebagainya. Mayoritas museum ini biasanya dikelola oleh pemerintah meskipun sudah mulai ada perkembangan pemanfaatan teknologi bagi beberapa museum namun proses perawatannya relatif lama dan lambat karena panjangnya jalur birokrasi yang harus dilewati.

Edukator museum/Foto: Harvard art Museum
Edukator museum/Foto: Harvard art Museum

Meskipun didanai oleh pemerintah banyak museum yang justru terkesan tidak diurus dan tidak terawat terlihat dari sepi nya pengunjung, kurang berinovasi dan banyak kerusakan sana-sini. Tentunya hal ini menjadi bahan evaluasi perbaikan seluruh museum di Indonesia baik yang berskala besar maupun kecil dengan adanya evaluasi dan modernisasi serta pemanfaatan digital tentunya museum bukan lagi dikenal sebagai tempat yang membosankan, angker, berhantu sampai kurang menyenangkan. Melainkan akan timbul rasa antusiasnya yang tinggi dari masyarakat jika diperbaiki dan dikelola dengan baik.

Berbagai pemanfaatan teknologi seperti virtual tour museum, digitalisasi arsip analog ke digital, mengadakan lomba atau kegiatan di museum dengan melibatkan masyarakat dari semua kalangan yang ada dengan memperhatikan esensi dari museum itu sendiri meskipun memanfaatkan teknologi terbaru.

Museum Gedung Sate/Foto:Eljohn news
Museum Gedung Sate/Foto:Eljohn news

Harapannya tentu semua museum di Indonesia juga bisa bersaing dengan museum di luar negeri agar memiliki standarisasi internasional serta memiliki pengelolaan yang modern dan tentunya sumberdaya manusia di dalamnya diharapkan memiliki kompetensi atau kemampuan yang mumpuni agar pesan dan informasi yang ada dalam museum bisa tersampaikan dengan baik dan optimal.

 Hal ini juga diharapkan menjadi bahan perbaikan bagi pemerintah, lembaga terkait, penyederhanaan perundang-undangan, pengawasan dana diperkuat serta adanya kesadaran akan pentingnya sejarah dikalangan masyarakat khususnya orang tua dan generasi muda yang mayoritas datang ke museum hanya untuk melakukan swafoto belaka tanpa belajar edukasi yang ada di museum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun