Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal Al Hilal
Muhamad Iqbal Al Hilal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Freelance Writer

Penulis berkonsentrasi pada isu sejarah, politik, sosial ,ekonomi, hiburan dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebenarnya Apa Penyebab Presiden Jokowi Selalu Salah di Mata Netizen

13 Maret 2022   20:26 Diperbarui: 13 Maret 2022   20:49 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi, beserta Ibu Negara Iriana Jokowi, ke IKN/Foto: Detik

(13/03/2022)- Presiden Jokowi merupakan presiden Republik Indonesia saat ini. Mantan Wali Kota Solo, Jawa Tengah ini, memiliki latar belakang pendidikan yang bertolak belakang dengan pekerjaannya saat ini yang menjadi pemimpin bagi tidak kurang dari 270 juta penduduk Indonesia.

Ayah dari Gibran Rakabuming Raka ini, memiliki latar belakang seorang pembuat mebel atau istilah mudahnya pengusaha kerajinan dari benda-benda yang terbuat dari kayu seperti meja, lemari dan lain sebagainya, dimana hal ini memiliki kesamaan dengan jurusan perkuliahannya semasa di Universitas Gadjah Mada ( UGM) di Yogyakarta, yang mengambil jurusan Perhutanan.

Nama Jokowi santer naik menjadi sorotan publik dan media tanah air setelah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (AHOK) sampai akhirnya menjadi Presiden Republik Indonesia pada tahun 2014- sampai dengan tahun 2024.

Penggunaan sosial media yang semakin marak dan masif di tanah air membuat segala sesuatu dengan lancangnya atau dengan mudahnya seseorang mengkritisi yang tidak membangun, mengejek, menyalahkan presiden dan bahkan ada yang menghina pemimpin nomor satu bangsa ini. 

Padahal jika kita perhatikan beliau ini, sangat ramah, santun dan mau berbaur dengan warga masyarakat dari latar belakang apapun, saya hanya menemukan tiga presiden bangsa ini yang melakukan hal tersebut yaitu Soekarno, Gusdur dan Jokowi.

Ujaran kebencian dan sejenisnya, pada akhirnya semakin merebak ditambah adanya hoax yang terus menimpa beliau tujuannya untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah dari hasil pemilu.

Meskipun ada permainan politik dalam bongkar pasang pembantu presiden, Kebijakan publik dan lain sebagainya saya rasa presiden tidak akan mau sepenuhnya merubah segala sesuatu menjadi serampangan hanya demi politik belaka.

Sebenarnya netizen tidak sepenuhnya salah, namun yang saya lihat banyak dari warganet yang berkomentar seenaknya alias seperti "tong kosong nyaring bunyinya", berkomentar dan berargumen sendiri dengan opini tanpa adanya data agar bisa menjadi validitas pembanding benar atau salah.

Masyarakat sering pula menyalahkan presiden dengan kebijakannya padahal suatu kebijakan atau perundang-undangan tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab presiden sebab aturan undang-undang yang mengesahkannya adalah para wakil rakyat yang duduk di gedung hijau dekat gedung TVRI Pusat. 

Pada dasarnya masyarakat harus bijak dalam berkomentar atau memberikan respon dan tidak bisa asal bicara dengan mengatakan menuntut presiden, minta diperbaiki oleh presiden sebab presiden memiliki tanggung jawab lainnya dan permasalahan rakyat sebenarnya bisa ditangani oleh para menteri dan para petugas terkait.

Saya bahkan banyak yang menyebut presiden kita ini sebagai antek dari partai terlarang, buzzer, bahkan sampai ada yang mengatakan boneka partai, mirisnya rasanya ketika ada komentar seperti demikian. Sebab sudah sewajibnya kita sebagai warga negara menghormati Presiden Jokowi karena beliau dipilih secara sah oleh kita dalam Pemilihan Presiden ( Pilpres) 2014&2019 yang sudah ditentukan oleh perundang-undangan yang sah.

Sudah saatnya kita selaku rakyat menghormati, menjaga, dan mendukungnya sampai masa akhir kepemimpinan di tahun 2024. Sejatinya tidak ada kepemimpinan yang sempurna di dunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun