Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal Al Hilal
Muhamad Iqbal Al Hilal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Freelance Writer

Penulis berkonsentrasi pada isu sejarah, politik, sosial ,ekonomi, hiburan dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pentingnya Menjaga Simbiosis Mutualisme dalam Pertemanan

3 Maret 2022   15:17 Diperbarui: 3 Maret 2022   15:29 1410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pertemanan/ Foto: Rencanamu.id

(03/02/2022)- Sebagai makhluk sosial kita akan selalu memerlukan orang lain dalam aktivitas sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung melalui sejumlah perantara berbagai mekanisme yang sesuai dengan zaman.

Namun yang menjadi faktor adanya suatu  keeratan dalam pertemanan adalah adanya saling bantu membantu dalam aktivitas sehari-hari yang tentunya jika saling membantu artinya secara harfiah pertemanan menjadi sehat karena terjadinya simbiosis mutualisme yaitu saling membutuhkan satu sama lain tanpa adanya salah satu pihak yang diuntungkan dan merugikan pihak lainnya.

Kita sebagai manusia sudah sepatutnya hidup berdampingan namun saling membantu dan jangan mementingkan kepentingan pribadi terlebih dahulu sebab nantinya orang lain akan jengah kepada kita.

Masyarakat Indonesia dikenal sebagai bangsa yang senang bergotong royong dan ramah terhadap siapa saja baik warga lokal maupun mancanegara yang kemudian menjadi salah satu identitas diri bangsa Indonesia.

Menjalin relasi merupakan faktor penting dalam dunia pertemanan baik teman sekolah, masa kecil, sampai teman dilingkungan kerja sebaiknya kita memiliki hubungan baik dengannya maupun dengan semua orang agar jika kita mengalami kesusahan kita mudah mendapatkan bantuan, begitupun jika orang tersebut mengalami kesulitan kita juga tidak akan sungkan membantunya.

Namun sekarang ini, kehadiran media sosial dan semakin banyaknya perumahan yang jarang adanya interaksi dengan warga atau teman sekitar membuat perlahan nilai-nilai kebersamaan dan kerukunan bangsa Indonesia juga semakin tergerus dalam dunia pertemanan juga mulai banyak ditemukan lebih individualis sekaligus hanya datang saat ada maunya saja, sementara jika tidak ada keperluan tidak akan bertegur sapa sekalipun, padahal datang bisa setiap saat tanpa hanya ada keperluan saja.

Bagi saya datang saat ada maunya sama saja dengan peribahasa habis manis sepah dibuang yang hanya datang, saat diberikan sesuatu dan jika sudah terpenuhi hajatnya pergi hal tersebut selayaknya tidak dilakukan karena memiliki gesekan negatif yang bisa saja berakibat secara fatal pada orang lain yang merasa tidak diuntungkan karena satu pihak saja yang memiliki kepentingan.

Jika situasinya tidak memungkinkan dan darurat baik saya atau pun orang lain rasanya juga memahami jika simbiosis mutualisme tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. Namun, jika kemudian mempunyai pertemanan toxic atau beracun dengan banyak keuntungan maka hal itu seharusnya menjadi pertimbangan pertemanan bisa dilanjutkan atau tidak,jika memang hanya ada perlunya tinggalkan perlahan saja sembari kita mengingatkan kesalahan yang diperbuat olehnya dengan cara baik-baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun