(22/02/2022)- Kehadiran media sosial yang semakin masif ditambah dengan mudahnya menggaet dan memberikan pengaruh kepada publik terkadang membuat sebagian pihak menjadi aji mumpung atau memanfaatkan segala sesuatu demi mendapatkan nama besar, popularitas dan pundi-pundi rupiah dengan mendompleng nama besar keluarga.
Dalam dunia organisasi dan dunia kerja kita sering menyebutnya sebagai orang dalam baik mempunyai bakat atau skill maupun tidak tetap akan diterima dan dianggap sebagai seorang publik figur padahal tidak prestasi dan kemampuan yang mumpuni dan hanya bermodalkan popularitas relasi.
Jika keluarga artis atau publik figur tersebut mempunyai bakat atau keahlian yang mumpuni sepertinya saya juga tidak masalah akan hal tersebut.
Berbeda dengan realita di lapangan banyak keluarga publik figur yang terkenal karena ketidaksengajaan menjadi populer dan dikenal khalayak ramai.
Penggunaan keluarga artis dan lain sejenisnya memang bagus karena bisa memperbesar citra positif nama keluarga meskipun demikian, kehadiran mereka justru biasanya hanya akan terkenal sekejap dan hilang karena tidak mampu menandingi para pendatang baru dari segi keterampilannya.
Beberapa keluarga artis atau publik figur memang ada yang memilki bakat sedari kecil dan mengikuti jejak orangtuanya. Ini saya apresiasi dan hormati karena tidak memaksakan untuk dikenal oleh publik tapi dikenal karena keahliannya.
Saya menulis artikel ini bukan untuk bertujuan diskriminasi atau merendahkan para keluarga artis atau publik figur namun sangat menulis apa adanya yang terlintas dalam pikiran saya.
Mirisnya jika mereka punya keahlian dan dibayar mahal juga tidak masalah jika mereka punya skill. Namun, berbeda halnya dengan yang mempunyai keahlian yang tidak memiliki keahlian juga mendapat biaya untuk wawancara dengan tarif puluhan juta Rupiah. Dengan adanya tarif mahal ini saya rasa miris hanya karena mau atau tidaknya di wawancarai untuk hadir dalam sebuah acara justru  dikenakan tarif mahal.
Sebut saja diantaranya Nisya Ahmad, Syahnaz Sadiqah, Thariq Halilintar, Fuji Faisal, Mayang dan Chika, Billy Syahputra, Amanda Caesa dan lain sebagainya justru  kurang layak di berikan panggung sebenarnya.
Saya lebih setuju yang diberikan panggung seperti Rizki Pebian, Stephanie Putri, Al El dan Dul, Arsy Widianto, Naura dan lain sebagainya yang jauh lebih layak mendapatkan panggung.