Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal Al Hilal
Muhamad Iqbal Al Hilal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Freelance Writer

Penulis berkonsentrasi pada isu sejarah, politik, sosial ,ekonomi, hiburan dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Kenapa Orang Indonesia Suka Konten Bajakan?

30 Desember 2021   19:02 Diperbarui: 30 Desember 2021   20:09 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Game Bajakan /Foto: Kompas.com

(30/12/21)- Pembajakan di Indonesia sudah terjadi sebelum adanya layanan streaming ilegal yang sudah ditutup oleh pemerintah tahun 2019 silam seperti Indoxxi. 

Pembajakan sendiri merupakan perilaku yang tidak terpuji dan tidak dibenarkan oleh negara. 

Meskipun sudah dilarang tetap saja sejumlah oknum dan para konsumen   masih ada dengan berbagai cara yang bisa mengelabui pemerintah salah satu caranya adalah melalui Virtual Private Network ( VPN). 

Meski penggunaan VPN dikhawatirkan bisa membahayakan data pribadi tetap saja masih banyak diakses oleh para penyuka situs bajakan.  Hal ini tentunya, dilakukan untuk mendapatkan film,lagu dan video game bajakan.

Pemerintah dalam hal ini melalui Undang-undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dijelaskan bahwa "Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf a, huruf b, dan/atau huruf f, untuk Penggunaan Secara Komersial di pidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)".

Lantas apa faktor penyebab orang Indonesia Menyukai Konten Bajakan?

1. Biaya Berlangganan Mahal

Biaya berlangganan streaming di berbagai layanan seperti Vidio, Vision+, RCTI+, Wetv, Iflix, Netflix, Disney+, viu memang dirasa murah bagi sebagian masyarakat dengan biaya yang dianggap terjangkau.

Situs streaming resmi/ Foto: Money control
Situs streaming resmi/ Foto: Money control

 Salah satu contohnya adalah layanan streaming Disney+ sebesar Rp 39.000 per bulan dan Rp 199.000 per tahun. Sementara itu sejumlah layanan musik juga seperti Spotify, YouTube Music, Resso, biaya berlangganan sejumlah game juga relatif mahal berbagai platform seperti Xbox, Google Play Store dan lain sebagainya juga perlu merogoh kocek lebih dalam untuk bisa menikmatinya.

Ilustrasi layanan musik berbayar/Foto: GGWP
Ilustrasi layanan musik berbayar/Foto: GGWP

2. Ketersediaan Sarana Penunjang Masih Kurang

Bioskop yang belum merata dan hanya ditemukan di kota besar menjadikan masyarakat enggan beralih dari situs atau penjualan fisik bajakan. 

Sejumlah bioskop seperti CGV, XXXII, Cinema 21 dan lain sebagainya belum sampai ke sejumlah pelosok tanah air padahal Bioskop pertama di tanah air sudah berdiri sejak tahun 1900 yaitu Nederlandse Bioscope Maatschapp di Tanah Abang, Jakarta.

Tentunya hal ini menjadi permasalahan yang sangat perlu diperhatikan oleh para penyedia layanan bioskop agar semua masyarakat sampai ke tingkat desa bisa merasakan sensasi nonton bioskop.

Koneksi internet yang dirasakan oleh para pengguna layanan musik dan game seringkali dihadapkan oleh adanya koneksi internet yang buruk baik sinyal dari kuota internet maupun jaringan Wi-Fi

3. Malas Mendaftar dan Mengantri

Membeli tiket bioskop saat ini bisa dikatakan mudah dan praktis melalui sejumlah situs pembelian seperti GotiX, Tiket.com dan layanan sejenisnya lainnya.

Selain itu malas mengantri juga bisa jadi salah satu faktor lain yang mengakibatkan enggannya sebagian masyarakat beralih ke situs dan toko resmi.

Dalam industri musik dan game juga seringkali ditemukan hal serupa hal ini biasanya disebut sebagai oknum "calo" yang bisa mendapatkan tiket konser secara ilegal, mercandise ilegal. Sementara itu, dalam industri game juga ditemukan hal seperti ini contohnya adalah mengunduh game ilegal dengan bayaran yang cukup mahal dari pihak dan situs ilegal.

4. Tidak sabaran menunggu Perilisan resmi 

Para penggemar atau para penonton film khususnya para fans fanatik film Marvel dan DC Comics yang sering bersinggungan sehingga lebih memilih menggunakan situs download ilegal ketimbang situs resmi.

Padahal jika bersabar sejumlah film bisa disaksikan di sejumlah stasiun televisi nasional seperti Bioskop Trans TV, dan Big Movies Platinum GTV.

Hal senada juga sering muncul dikalangan para fans musik seperti contohnya perilisan album, video Klip dan Lagu dari EXO dan Blackpink. Para fans seringkali tidak sabaran dan sudah mendapatkan bocoran ilegal dari sumber tidak bertanggungjawab.

Perilisan game seperti PlayStation rilisan Sony misalnya sering juga ditemukan kaset bajakannya dipasaran tanpa memperhatikan efek negatif peredarannya.

Ilustrasi Game Bajakan /Foto: Kompas.com
Ilustrasi Game Bajakan /Foto: Kompas.com

Pembajakan merupakan perilaku yang tidak terpuji memang benar memiliki daya tarik serta keuntungan berlimpah untuk penyedia layanan dan toko pembajakan, para konsumen juga memiliki keuntungan dengan mendapatkan konten jauh lebih awal dari semestinya.

Dampak negatif dari pembajakan film dapat merugikan para perusahaan film, label rekaman, perusahaan pemilik lisensi kerugian keuntungan yang bisa berujung pada gulung tikarnya perusahaan tersebut.

Ketua Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI) Edwin Nazir, menyebut Kerugian. Industri film tanah air sebesar Rp 5 miliar.

"  Pembajakan itu sama dengan mencuri

Yang dicuri adalah kekayaan intelektual, Kerugian Industri Film setiap tahunnya mencapai Rp 5 miliar"

Menurut Gaperindo seperti dilansir oleh Merdeka.com kerugian dunia rekaman tanah air pada tahun 2004-2007 merugi lebih dari Rp 2 triliun pembajakan ini terdiri dari CD, VCD, DVD dan MP3.

 Nah sudah saatnya tinggalkan situs musik ilegal seperti Planetlagu, Stafa band dan lain sebagainya dan dapatkan sejumlah barang original di toko musik ataupun situs musik legal seperti toko online Musicamerch milik Musica Studio's, JK Record Shop milik JK Record dan SM Global Shop milik label rekaman negeri ginseng S.M Entertainment.

Hal serupa juga terjadi kepada industri game sejumlah game ternama seperti Assassin's Creed, GTA San Andreas, Fallout Monument Valley dan lain sebagainya menderita kerugian yang fantastis tentunya jika hal ini dilakukan tidak menutup kemungkinan perusahaan pembuatnya beserta game developer juga akan menderita kerugian dari segi finansial yang sangat besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun