Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal
Muhamad Iqbal Mohon Tunggu... Lainnya - Pegawai

Hukum, Politik, Budaya, Humor, Sepak Bola

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lunturnya Rasa Cinta Air Generasi Muda Akibat Tergerusnya Budaya Asing

25 Juni 2024   21:38 Diperbarui: 25 Juni 2024   22:00 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mungkin kata-kata berikut tidak jarang kita dengar dalam kehidupan sehari-hari; drakor, K-Pop, thrifting , jastip. Terlebih lagi jika kita sering berinteraksi dengan generasi muda, kata-kata tersebut tersebut bukanlah sesuatu yang langka. Tentunya hal ini sangat dipengaruhi oleh globalisasi, sebuah proses yang mendunia dimana dalam proses terdapat saling tukar banyak hal salah satunya adalah budaya, namun dalam proses yang terjadi tersebut, bangsa yang tidak mempunyai pendirian dan kecintaan terhadap negaranya akan tergerus oleh bangsa-bangsa lain dan bahkan akan lebih mencintai bangsa lain dibandingkan dengan bangsanya sendiri, mulai dari gaya hidup, musik, makanan, pakaian, hiburan dan berbagai macam hal lainnya. Sebenarnya tidak ada yang salah untuk menyukai atau mengidolakan suatu hal, hanya saja jangan sampai kita menjadi sangat tergila-gila kepadanya dan mengagungkannya, sampai-sampai merasa apa yang kita miliki semuanya lebih rendah dan buruk dibandingkan dengan yang lainnya.

Drakor dan K-Pop bukan merupakan sesuatu yang asing bagi generasi muda, terutama bagi kaum hawa. Banyak dari mereka yang sangat tergila-gila dengan drakor dan k-pop, sebenarnya tidak salah. Hanya saja terkadang mereka melakukannya dengan sangat berlebihan. Banyak dari mereka yang cenderung mengabaikan karya-karya dari dalam negeri, mereka lebih bangga jika menonton drakor dan mendengarkan k-pop ketimbang untuk menikmati film-film dan lagu-lagu dalam negeri. Tentu saja hal tersebut akan menyumbangkan nilai ekonomi yang cukup besar bagi negara lain, bayangkan jika nilai ekonomi tersebut bisa didapatkan oleh sesama anak bangsa. Yang paling mengherankannya juga, banyak orang Indonesia yang mendewakan artis dan penyanyi yang mereka ketahui dari drakor dan K-pop, tanpa mengetahui bagaimana sisi lain kehidupan mereka.

Tidak berhenti sampai di situ, bahkan orang biasa dari negara luar yang bukan merupakan artis atau penyanyi, diperlakukan bak dewa. Alhasil, bukan sesuatu yang jarang terjadi jika banyak orang-orang dari negara tersebut yang memanfaatkan ke-overproud-an orang Indonesia kepada mereka. Seperti yang sedang diperbincangkan akhir-akhir ini, mengenai website indosarang, di mana dalam website tersebut orang Korea yang tinggal di Indonesia membuat sebuah forum yang isinya menjelek-jelekan orang Indonesia, yang salah satu pembahasannya adalah mengenai betapa tertariknya perempuan Indonesia kepada orang Korea. Betapa sedihnya orang yang selalu dipuja dan dibanggakan tetapi malah menjelekan di belakang.

Thrifting dan jastip juga sangat erat kaitannya dengan budaya asing, mereka peminat thrifting tertarik dengan suatu barang karena harganya murah dan juga karena mereknya terkenal, padahal barang yang dibeli tersebut kebanyakan adalah barang bekas yang telah dijual dari suatu negara ke Indonesia. Jastip pun seperti, kebanyakan dari pecinta jastip menitip barang jika ada seseorang yang pergi ke luar negeri, tujuannya sama seperti thrifting, rasa bangga memakai produk luar negeri ketimbang memakai produk dalam negeri. Akibatnya banyak UMKM lokal yang gurung tikar akibat merugi karena banyak orang yang beralih untuk melakukan thrifting.

Semua hal yang terjadi di atas sebenarnya dapat diatasai dengan melakukan hal-hal sebagai berikut. Pertama, menanamkan rasa cinta tanah air sejak dari dini, biasakan anak-anak untuk diberikan hiburan yang merupakan karya bangsa Indonesia, walaupun bukan berarti tidak boleh untuk menikmati karya asing, tetapi harus diperkenalkan dua-duanya, jangan sampai ada timpang atau berat sebelah, sehingga akan menimbulkan persepsi yang tidak baik.

Kedua, tanamkan sedari dini kepada anak bahwa bangsa Indonesia bukanlah merupakan bangsa yang lemah dan tanamkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang pernah memiliki sejarah yang besar pula di masa lalu, sehingga akan timbul kecintaan kepada bangsa dan negaranya, yang akan berakibat untuk meggunakan dan menikmati karya dan ciptaan yang dibuat oleh orang Indonesia. Jika mental itu sudah tertanam, tidak akan ada lagi yang malu untuk menggunakan produk lokal, bahkan akan lebih bangga jika menggunakan produk lokal ketimbang menggunakan produk luar negeri. Jika semakin banyak yang membeli produk dalam negeri, maka akan sebanding dengan peningkatan ekonomi di dalam negeri.

Sehingga hasil yang diharapkan jika sudah ada rasa cinta tanah air kepada bangsa dan negara Indonesia adalah jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya, menjaga nama baik bangsa dan negara, memberikan kontribusi pada kemajuan bangsa dan negara dan bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia.

Pada akhirnya, menikmati suatu karya dan menggunakan produk yang berasal dari luar negeri, sebenarnya merupakan hal yang boleh dilakukan asalkan tidak dilakukan berlebihan, sampai mendewakan atau mengaggungkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun