kesehatan. Seperti gejala yang mungkin muncul antara lain diare, mual, muntah, sakit perut, demam, dan bahkan bisa menyebabkan masalah yang lebih serius seperti kerusakan organ.
Pantai Klara menjadi salah satu sorotan bagi para masyarakat pesisir yang mata pencahariannya sebagai nelayan kemudian hasil tangkapannya dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari hari bahkan dapat dikonsumsi oleh masyarakat pesisir. Namun perlu diwaspadai akan adanya tangkapan ikan yang terinfeksi oleh bakteri, Mustika et al (2019), menyatakan bahwa mengonsumsi ikan yang terinfeksi dapat menimbulkan berbagai risiko bagiBerdasarkan hasil observasi, pengambilan air laut di Pantai Klara dan pengamatan di Laboratorium Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, ditemukan bakteri yang secara morfologi sama seperti Bacillus cereus. Hal ini berdasarkan pernyataan dari Farhandika, 2019 pada penelitiannya.Â
Bacillus cereus merupakan bakteri yang sering menjadi penyebab penyakit diare dan keracunan makanan. Bakteri ini memiliki kemampuan bertahan di berbagai kondisi lingkungan, seperti suhu tinggi atau rendah. Hal ini memungkinkan Bacillus cereus untuk tetap hidup di lingkungan laut dalam waktu tertentu, terutama jika ada kontaminasi dari daratan. Biasanya, kontaminasi makanan laut oleh bakteri ini terjadi akibat penanganan yang kurang higienis atau penyimpanan makanan yang tidak sesuai. Reservoir lingkungannya terdiri dari bahan organik yang membusuk, air tawar dan air laut serta sayuran. Bacillus cereus digolongkan salah satu mikroorganisme yang sering menginfeksi ikan laut dan mengkontaminasi nasi atau mie, sayur hingga daging, sehingga bakteri Bacillus cereus dikategorikan sebagai bakteri atau penyakit bawaan makanan (Marabito. 2015).
Bacillus cereus kemungkinan besar sangat kurang dilaporkan karena gejalanya yang relatif ringan dengan durasi yang singkat. Namun, meningkatnya minat konsumen terhadap produk makanan yang tidak dimasak sebelumnya, makanan yang hanya didinginkan dan memiliki masa simpan yang lebih lama mungkin cocok untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan Bacillus cereus . Makanan tersebut dapat meningkatkan keunggulan Bacillus cereus sebagai pathogen bawaan makanan dan dapat menjadi racun jika dikonsumsi oleh manusia. (Granum et al, 2012).
Pada umumnya kasus keracunan makanan tidak membutuhkan terapi antibiotik untuk penangannya, melainkan cukup hanya dengan terapi suportif terhadap penderita keracunan makanan akibat bakteri Bacillus cereus. Pemberian berupa antibiotik vancomycin atau clindamycin dengan aminoglikosida juga sudah cukup untuk mengeradikasi bakteri Bacillus cereus. Namun pencegahan tetaplah yang terpenting untuk mengatasi hal tersebut, dengan memasak makanan laut hingga benar-benar matang. Selain itu, menjaga kebersihan peralatan masak dan menyimpan makanan laut pada suhu yang tepat juga menjadi langkah pencegahan yang efektif (Balatif et al, 2024).
Penulis : M Ikhsanudin, Raheska Yudistira, Valen Sarina Sinaga, Yanuar Prayoga, Juang Arya Palapa
Asisten Dosen : Komang Putri Aryani
Dosen Pengampu : M. Kholiqul Amin S.Pi M.Si
Referensi :
Balatif R, Nawawi R.A. 2024. Microbiology : Bacillus cereus & Other Bacillaceae. Universitas Sriwijaya.Â
Farhandika M. 2019. Studi Laboratorium Penanganan Wax Deposite Di Dalam Flowline Menggunakan Bakteri Bacillus Cereus. Other thesis, Universitas Islam Riau.
Granum P.E, Lindback T, 2012. Bacillus cereus. Food microbiology : Fundamentals and frontiers, 491-502. Wiley Online Library.
Morabito S. 2015.  Advances in Microbial Food Safety, volume 2. Woodhead Publishing Series in Food Science, Technology and Nutrition.
Mustika, Syifa. 2019. Keracunan Makanan: Cegah, Kenali, Atasi. Universitas Brawijaya Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H