Tanah Papua masih belum juga dapat lepas dari serangkaian konflik bersenjata. Dari sejak era Orde Baru hingga Reformasi telah berjalan, rangkaian kejadian kekerasan yang melibatkan aparat keamanan dan kelompok separatis pendukung kemerdekaan Papua masih terus terjadi (Adyatama, 2022, Tempo)
Salah satu tempat yang sering terjadi konflik bersenjata adalah Kabupaten Intan Jaya. Hal tersebut sering kali kita dengar dan lihat melalui media masa hingga saat ini.
Pada Jumat (7/6/2024) tim PKM SaPapua dan siswa SAI berkumpul di dalam rumah tradisional Papua yaitu rumah honai untuk mendengarkan cerita konflik di Intan Jaya. Rumah Honai adalah rumah khas Papua yang dibangun untuk hidup dan berlindung, sementara di SAI rumah ini dibangun untuk melepas rasa kangen anak anak akan suasana di Papua.
Anak-anak yang bersekolah di SAI adalah sebagian mereka terdampak konflik. Konflik tersebut terjadi di Intan Jaya yang membuat susana pembelajaran menjadi tidak kondusif. Salah satu murid bercerita jika perjalanan dan akses menuju sekolah sangat sulit dan hanya dapat dijangkau dengan bejalan kaki. Mereka harus berangkat dari rumah pukul 4.00 dini hari kemudian sampai di sekolah pukul 7.00. Namun akibat konflik antara TNI/Polri dan OPM membuat suasana belajar mengajar di kelas menjadi semakin menegangkan karena dalam satu jam bisa terjadi 15 kali suara tembakan senjata.
"Pernah waktu kami sekolah itu dalam satu jam ada banyak suara tembakan, kami menyebutnya dengan petasan. Ketika suara itu datang, kami harus cepat-cepat tiarap agar tidak menjadi korban salah tembak," ujar salah seorang murid SAI.
Keadaan ini membuat pemerintah Papua tergerak hatinya untuk membawa anak anak khususnya Intan Jaya ke Bogor untuk sekolah di SAI yang didirikan oleh yayasan Alirena. Inisiasi Sekolah ini berfokus pada pendidikan anak-anak Papua untuk memberikan hak pendidikan mereka yang aman dan sentosa.
Wirayudha Erlangga selaku salah satu anggota tim merasakan kesedihan akan konflik yang terjadi serta menyayangkan pemerintah Indonesia yang masih belum dapat menyelesaikan masalah ini hingga hari ini. "Mendengar cerita anak-anak mengenai keadaan di Intan Jaya dan perjuangan mereka untuk dapat bersekolah membuat saya sedih dan terharu karena mereka memiliki impian dan cita-cita yang sangat tinggi, semoga pemerintah dapat menyelesaikan konflik yang terjadi secepatnya agar tidak ada lagi korban-korban yang tidak bersalah berjatuhan," ujarnya.
Peranan SAI sebagai lembaga pendidikan anak anak khusus Papua telah memberikan kenyamanan anak dalam mendapatkan hak pendidikannya. Setelah lulus dari SAI diharapkan anak-anak ini dapat melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi, bahkan saat ini bersama dengan Yayasan Alirena, Bupati Intan Jaya, serta tim PKM SaPapua sedang mengupayakan anak-anak SAI agar dapat bantuan Beasiswa Utusan Daerah (BUD) untuk kuliah di Institut Pertanian Bogor. Harapannya setelah kuliah nanti mereka dapat kembali ke Intan Jaya membangun Kabupaten tersebut dengan potensi alam yang melimpah dan memajukan daerahnya menjadi lebih sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H