Mohon tunggu...
Muhamad Husni Tamami
Muhamad Husni Tamami Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis, dan Entrepreneur

Menebar kebaikan dan kemanfaatan. Selengkapnya di www.muhamadhusnitamami.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Bogor-Garut dengan Motor Astrea Grand F 6594 FA

12 Oktober 2020   05:55 Diperbarui: 12 Oktober 2020   06:03 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir dua pekan yang lalu saya ada kegiatan di daerah Garut, Jawa Barat.  Nama kegiatannya adalah Karantina Finalis Putera Puteri Padi Jawa Barat 2020. Lokasi tepatnya di Ciparay Indah, Garut. Saya bersama 29 finalisnya mengikuti kegiatan ini dengan baik selama 3 hari 2 malam.Kegiatannya memang 3 hari 2 malam, tetapi dari berangkat hingga pulang menghabiskan waktu 5 hari 4 malam.

Awalnya saya bingung mau naik apa ke Garut. Di bis pasti macet. Memang juga saya suka pusing kalau lama-kelamaan di transportasi umum, karena akhir-akhir ini memang jarang menggunakan transportasi umum. 

Kemudian, saya coba bilang ke orang tua untuk mengendarai motor ke Garut. Alhamdulillah orang tua mengizinkan saya mengendari Astrea Grand kesayangan saya. Memang motor saya itu sudah masuk bengkel dulu. Ganti oli, cek rem, dan lan-lain. Supaya perjalanan Bogor-Garut lancar dan selamat. 

Di awal-awal memang sudah direncanakan untuk mengendari motor, tetapi masih ragu-ragu. Setelah ada restu dari orang tua, akhirnya saya mengendarai motor kesayangan saya ke Garut.

Saya berangkat pada Senin, 17 Agustus 2020. Bertepatan momentum HUT RI ke- 75. Saya berangkat ba'da dzuhur setelah paginya melakukan berbagai persiapan. Harusnya sih di hari itu saya menjadi panitia HUT RI di kampung, tetapi saya izin karena harus melakukan perjalanan ke Garut.

Kondisi bensin kala itu sudah penuh. Satu tas di gendong, satu lagi di depan. Roda mulai berputar, saya mengendarainya santai yang penting selamat. Ya, walaupun ada ngebutnya juga. Sengebut-ngebutnya Astrea masih tetap terkendalikan.

Tanggal merah, jalur Puncak sejalur. Saya ke jebak macet di daerah Megamendung. Memamng sudah biasa. Daerah situ setiap hari selalu macet. Mungkin penyebab dari keluar masuknya kendaran di persimpangan Megamendung.

Setelah melewati Megamendung, alhamdulillah jalanan mulai lancar, tetapi saya tetap berhati-hati, karena kondisi jalan satu jalur ke arah Jakarta. Artinya saya harus berhati-hati, takutnya ada kendaraan dari arah berlawanan yang mengambil jalur kecil saya. Soalnya tidak sedikit kecalakaan di saat satu jalur..

Macet pun harus saya hadapi lagi di daerah Pasar Cisarua. Seperti di Megamendung tadi, daerah Pasar Cisarua juga memang sering terjadi kemacetan. Apalagi kondisinya pasar ya, tentu banyak orang yang mempunyai kebutuhan ke pasar dan ini tidak satu atau dua orang, melainkan banyak orang.

Saya terus saja sambil ngereyeuh. Tidak terasa, saya sudah di persimpangan Taman Safari Indonesia, kemacetan tadi di Pasar Cisarua telah saya lewati. Motor pun saya belokan ke kanan, masuk ke jalan Taman Safari. Saya harus ke rumah teman dulu. Namanya Indi Jaka Nugaraha. Rumahnya di daerah Cibeureum untuk mengambil salah satu perlengkapan.

Di rumah Indi, saya coba merehatkan diri dulu sejenak sambil bersua ria dengan Indi. Saya dijamu dengan teh manis. Alhamdulillah teh itu membuat saya lebih fresh lagi. 

Saya dengan Indi punya cerita yang hampir sama, tetapi saya tidak diceritakan di sini. Mungkin juga tidak akan dulu diceritakan. Saya sedang menunggu waktu yang tepat untuk menuliskan tentang cerita yang sama-sama mengalami.

Kira-kira 1 jam saya habiskan di rumah Indi. Setelah perlengkapan tersebut dikasih oleh Indi, kemudian saya minta izin ke Indi untuk melanjutkan perjalanan. Saya dibantu olehnya untuk menyiapkan barang bawaan. Saya minta tali rafia untuk mengikat tas di belakang agar beban saya tidak terlalu berat. Alhamdulillah tali rafia itu ada dan disiapkan juga guntingnya untuk memudahkan memotong tali tersebut.

Setelah selesai, saya langsung menyelah Astrea si motor kesayangan. Saya memastikan dulu bahwa kendaraan dan barang bawaaan benar-benar aman dan nyaman. Alhamdulillah pada kala itu motor dan barang bawaan aman dan nyaman,

Saya melanjutkan perjalanan. Melewati Puncak. Saya tengok kanan kiri beberapa saat. Melihat kebun teh yang luas. Udara makin dingin, saya teruskan perjalanan. Alhamdulillah setelah melewati jalur Puncak tidak macet lagi.Walaupun ada, tetapi tidak separah daerah Megamendung dan Pasar Cisarua.

Saya melewati beberapa kabupaten dan kota, seperti Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kota Bandung, dan Kabupaten Bandung. 

Setiap melewati Cianjur, saya selalu bersyukur karena di jalan yang saya lewati masih banyak sawah yang luasnya hektaran. Sebetulnya bukan hanya sawah saja, perkebunan pun banyak saya temui di daerah Cianjur. Saya merasa bangga karena potensi pertanian di Cianjur masih bagus dibandingkan di Bogor yang sudah banyak lahan-lahan pertanian dijadikan sebagai lahan pabrik, perumahan, dan lain-lain.

Di daerah Cianjur juga saya istirahat untuk melaksanakan salat Isya di Masjid Darussalam. Masjid ini memang masjid langganan saya kalau melewati Cianjur. Kadang kalau perjalanan malam, saya suka tidur di masjid ini. Saya punya cerita di masjid ini, tapi tidak diceritakan di sini. Hehe...

Saya juga merasa berkesan ketika melewati Kabupaten Bandung Barat. Di daerah ini saya juga punya suatu peristiwa yang tidak akan pernah saya lupakan. Peristiwa ini memang belum saya publish. Insya Allah akan saya publish dan semoga saja dapat menginspirasi banyak orang. 

Selain itu, di daerah Kabupaten Bandung Barat juga saya melihat pertambangan batu kapur. Banyak kendaraan besar yang memuat batu kapur. Terasa panas karena memang suhunya lebih tinggi daripada di Puncak. Tak apa, saya terus saja melewati daerah Kabupaten Bandung Barat ini.

Tidak terasa saya sudah melewati daerah Cimahi. Artinya saya sudah sampai daerah Bandung kota. Tidak terasa pula waktu Maghrib akan tiba. Akhirnya saya istirahat dulu sekaligus menunaikan kewajiban saya, salat Maghrib di mushola pom bensin daerah Bandung.

Kemudian saya mengabari dulu orang tua bahwa saya baru sampai Bandung kota dan salat Maghrib dulu. Saya pun mengabari kawan saya, Rifaldi Cahyanto yang rumahnya di Solokanjeruk, Kabupaten Bandung.

Oh iya, sebelumnya memang saya sudah kontakan dulu dengan Rifaldi bahwa saya akan mondok di rumhanya. Alhamdulillah dia mengizinkan.

Kembali ke topik, setelah selesai salat, perjalanan kembali dilanjutkan. Saya mulai menggunakan Google Maps untuk memudahkan perjalanan ke rumah Rifaldi. Sebetulnya saya pernah ke rumah dia, tetapi lupa jalannya. Alhamdulillah dengan adanya Google Maps memudahkan saya untuk sampai ke tempat tujuan.

Saya mulai menikmati atmosfer malam Bandung. Saya nikmati perjalanan itu. Walau sendiri, tetapi saya tidak merasa kesepian. Karena saya ditemani oleh ribuan orang yang berlalu lalang di Bandung. 

Tak disangka, ternyata kawan saya bernama M. Gia Priana Awaludin ada di Bandung juga. Tepatnya di Leuwipanjang. Sebuah terminal yang akan menghubungkan ke berbagai kota. Namun, saya tidak sempat ketemu karena kondisinya pada saat itu tidak memungkinkan. Saya tetap melanjutkan perjalanan menuju Solokanjeruk.

Di tengah perjalanan saya mampir dulu ke percetakan. Saya nyetak naskah pidato dulu untuk ke Garut. Selain itu, saya juga cetak foto, beli peniti, dan map hijau. 

Perjalanan kembali dilanjutkan setelah selesai di percetakan. Sedikit lagi sampai rumah Rifaldi, tetapi baterai hp mulai low. Saya khawatir jika baterai hp nya habis. Ternyata kekawatiran tersebut kejadian pada malam itu. Hp mati karena habis baterai. Saya tidak bisa menghubungi Rifaldi. Saya juga lupa gang rumahnya. Kemudian saya terus ikhtiar agar bisa menghubungi Rifaldi. Alhamdulillah saat itu notebook yang saya bawa masih bisa digunakan untuk mengisi baterai hp. Saya langsung coba masukan kabel data dan menyalakan hp-nya. Tidak lama-lama, setelah nyala langsung saya kabari Rifaldi bahwa saya sudah sampai tapi lupa gangnya. Saya bilang bahwa saya menunggu di masjid yang dekat tempat dia ngaji. Alhamdulillah pesan itu terkirim.

Hampir 10 menit saya menunggu. Ternyata Rifaldi tak juga datang. Saya sabar, dan tiba-tiba ada orang yang baru selesai ngaji dan keluar dari gang masjid. Saya pun menanyakan rumah Rifaldi dan alhamdulillah diantar sampai rumah Rifaldi.

Sesampainya rumah Rifaldi, saya melihat dia sedang rapat. Pikir saya, mungkin dia belum respon karena sedang rapat. Saya tidak terlalu mempermasalahkan, yang pasti saya alhamdulillah sudah sampai di Solokanjeruk dan mengabari kepada orang tua.

Saya sampai di sana pukul 20.30 an. Saya istirahat dan menyiapkan untuk unjuk bakat. 

Besoknya saya siap-siap untuk melanjutkan perjalanan dari Bandung ke Garut. Saya sarapan dulu bareng Rifaldi. Lalu sekitar pukul 6.30 WIB saya berangkat menuju Garut. 

Di perjalanan saya melewati bukit dan lembah. Jalan berkelok dan kiri kanan banyak ladang pertanian. Saya malah ingat jalan ke Cianjur Selatan yang percis seperti jalan ke Garut. Sebetulnya jalan ini adalah alternatif. Ada jalan yang biasanya, tetapi entah mengapa saya diarahkan oleh Google Maps lewat jalan ini.

Sekitar pukul 8.30 WIB saya sampai di Villa Ciparay Indah, Garut. Saya parkirkan motor dan bergabung dengan Finalis Putera Puteri Padi Jawa Barat 2020.

Selama 3 hari 2 malam saya di kegiatan ini. Banyak ilmu, relasi, dan pengalaman di kegiatan ini. Saya bersyukur mengikuti kegiatan ini. Apalagi saya terpilih menjadi Putera Padi Intelegensia Jawa Barat 2020. Sangat bersyukur. Alhamdulillah.

Saya sebelah kanan.
Saya sebelah kanan.

Di kegiatan itu juga saya nambah teman. Alhamdulillah sampai saat ini masih tetap komunikasi. 

Setelah saya selesai, saya melanjutkan perjalanan untuk pulang. Tadinya saya mau menjelajah Garut duu, tetapi saya harus mengejar untuk ikut 7 harinya uyut saya. 

Saya ke Bandung dulu dan mondok  satu malam di sana. Lalu besoknya, Jumat, 21 Agustus saya melanjutkan perjalanan pulang ke Bogor. Sampai di Bogor sekitar pukul 19.00 an dan langsung membantu dan ikut 7 harinya uyut saya.

Perjalanan Bogor-Garut menambah pengalaman hidup saya. Terdapat banyak makna dan nikmat yang saya dapatkan, terutama nikmatnya keindahan Sang Pencipta. Alhamdulillah saya sangat bersyukur bisa melewati perjalanan ini. Saya juga telah mencetak rekor baru bahwa ternyata Astrea Grand si motor kesayangan saya bisa sampai juga di Garut. Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah.

Sekian dulu untuk tulisan kali ini. Semoga bermanfaat.

Bogor, 28 Agustus 2020

Muhamad Husni Tamami

Artikel ini telah tayang di https://www.muhamadhusnitamami.com/2020/08/cerita-bogor-garut-dengan-motor-astrea_28.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun