Mohon tunggu...
Muhamad Hanif Nur Hakim
Muhamad Hanif Nur Hakim Mohon Tunggu... Mahasiswa - 23107030036 UIN Sunan Kalijaga

.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengenal Prinsip Rendah Diri Oleh Socrates

29 Mei 2024   07:45 Diperbarui: 29 Mei 2024   07:49 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Socrates, seorang filsuf Yunani kuno yang karyanya terus menginspirasi hingga saat ini, terkenal dengan pendekatannya yang unik terhadap pengetahuan dan kebijaksanaan. Salah satu pilar pemikirannya adalah pengakuan akan ketidaktahuan, yang sering disalahartikan sebagai pengakuan kebodohan.

Namun, di balik pernyataan sederhana ini tersembunyi kebijaksanaan yang mendalam. Socrates percaya bahwa dengan mengakui ketidaktahuan kita, kita membuka diri untuk belajar dan berkembang. Kita terdorong untuk mempertanyakan keyakinan dan asumsi kita, dan mencari pemahaman yang lebih dalam tentang dunia di sekitar kita. Sikap ini, yang tampaknya kontra-intuitif,  justru merupakan kunci untuk mencapai kebijaksanaan sejati. Dengan mengakui bahwa kita tidak tahu segalanya, kita membuka diri untuk kemungkinan baru dan perspektif yang berbeda. Kita menjadi lebih reseptif terhadap ide-ide dan pengalaman baru, dan lebih terbuka untuk belajar dari orang lain.

Filsuf romawi Cicero mengatakan socrates membawa ajaran filsafat turun dari langit. Membawa ajaran filsafat dari yang berfokus memhami alam semesta, langi, dan aspek-aspek abstrak dalam realitas kepada kehidupan yang sebenarnya, memaksamanusia untuk bertanya mengenai kehidupan dan moralitas, kebenaran dan keadilan. Filsafat bukan sekedar teori melainkan cara hidup yangharus diterapkansetiap hari untukmerubah kehidupan. Kebijaksanaan sejati bukan tentang megetahui tetapi menjadi pribadi yang berbeda dan lebih baik. Kebahagiaan dalam hiduptergantung pada bagaimana kondisi jiwa dari seorang manusia. Sifatbaik yangada dalam diri manusia merupakan pondasi yang baik dan sehat.

Sokrates terkenal dengan pernyataannya, "Aku tahu bahwa aku tidak tahu apa-apa." Pernyataan ini bukanlah pengakuan akan kebodohan dalam arti negatif, melainkan pengakuan akan keterbatasan pengetahuan manusia. Pengakuan ini adalah dasar dari semua pembelajaran dan kebijaksanaan. Dengan mengakui bahwa kita tidak tahu segalanya, kita membuka diri untuk belajar lebih banyak dan mengembangkan diri.

Pengakuan ketidaktahuan menunjukkan tingkat kesadaran diri yang tinggi. Menurut survei Harvard Business Review, hanya 10-15% orang yang benar-benar memiliki kesadaran diri yang tinggi. Kesadaran diri ini penting untuk perkembangan pribadi dan profesional. Dengan mengakui bahwa kita tidak tahu segalanya, kita terdorong untuk terus belajar dan mencari pengetahuan baru. Sebuah studi dari University of California menemukan bahwa individu dengan rasa ingin tahu tinggi dan keterbukaan terhadap pengalaman baru cenderung lebih sukses dan puas dalam hidup mereka..

Sokrates menggunakan metode dialog atau tanya jawab untuk menggali pengetahuan. Dengan bertanya pada diri sendiri pertanyaan yang mendalam, kita bisa mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Misalnya, ketika menghadapi masalah, tanyakan: "Apa yang saya ketahui tentang masalah ini? Apa yang tidak saya ketahui? Bagaimana saya bisa belajar lebih banyak?" Metode dialog Sokrates juga dapat meningkatkan keterampilan komunikasi. Dengan mendengarkan dengan baik dan mengajukan pertanyaan yang tepat, kita bisa memahami perspektif orang lain dan berkomunikasi lebih efektif. Studi dari University of Michigan menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi yang baik berhubungan dengan tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi.

Bagaimana menrapkan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari?

Mengakui ketidaktahuan membuat kita lebih mudah menerima kegagalan sebagai bagian dari proses belajar. Setiap kegagalan adalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Penelitian dari Stanford University menunjukkan bahwa orang yang melihat kegagalan sebagai peluang belajar cenderung lebih resilien dan sukses. Rasa ingin tahu adalah kunci untuk pembelajaran sepanjang hayat. Dengan mengakui bahwa kita tidak tahu segalanya, kita memupuk rasa ingin tahu yang mendorong kita untuk terus mencari pengetahuan baru. Sebuah studi dari Journal of Educational Psychology menemukan bahwa rasa ingin tahu yang tinggi berkaitan dengan pencapaian akademis yang lebih baik dan kepuasan hidup yang lebih tinggi.  Lebih jauh lagi, pengakuan ketidaktahuan dapat memperkuat hubungan kita dengan orang lain. Ketika kita terbuka dan jujur tentang keterbatasan kita, kita membangun kepercayaan dan rasa saling menghormati. Kita menciptakan ruang untuk dialog yang tulus dan pertukaran ide yang produktif.

Pengakuan ketidaktahuan yang diajarkan oleh Sokrates adalah langkah pertama menuju kebijaksanaan sejati. "Aku bodoh dan aku bangga" bukanlah pernyataan yang merendahkan diri, tetapi pengakuan yang membuka pintu bagi pembelajaran, pertumbuhan, dan pengembangan diri. Dengan mengakui keterbatasan kita, kita bisa menjadi lebih terbuka, reflektif, dan termotivasi untuk terus belajar dan berkembang. Prinsip-prinsip Sokrates ini memberikan panduan berharga dalam perjalanan hidup kita, membantu kita mencapai potensi penuh dan hidup dengan kebijaksanaan serta integritas. Pengakuan ketidaktahuan juga dapat menjadi sumber kekuatan dan motivasi. Ketika kita menyadari bahwa kita tidak sendirian dalam keterbatasan pengetahuan kita, rasa takut akan kegagalan dan keraguan diri pun berkurang. Kita menjadi lebih berani untuk mengambil risiko, mencoba hal-hal baru, dan mengejar tujuan kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun