Mohon tunggu...
Muhamad Haikal harahap
Muhamad Haikal harahap Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN SGD BDG Komunikasi Penyiaran Islam

rutinitas yang saya sering lakukan adalah olahraga rumahan dan membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandangan Friedrich Nietzsche terhadap Konsep Ketuhanan dalam Pancasila

20 April 2023   15:47 Diperbarui: 20 April 2023   15:50 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Friedrich Nietzsche merupakan seorang filosof dari Jerman dan pemikirannya yang sangat memengaruhi dalam berfilsafat, Nietzsche sering dianggap sebagai filosof kontroversial oleh sebabnya yang kerap kali mengkritik agama, moralitas dan budaya barat. Nietzsche berusaha menginovasikan filasfat baru yang berlandaskan pada kebebasan (freedom), kreativitas (creativity), dan kemauan untuk berkuasa (Will the power).   

Pancasila adalah dasar negara yang mencakup lima prinsip salah satunya ialah “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Nietzsche mengonsepsikan ketuhanan sebagaimana dilansir dari https://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20159666.pdf  yaitu Berasal dari Keterikatan Perasaan. Apabila seorang hamba tiba-tiba dihadapkan oleh perasaan yang ia anggap lebih besar dari dirinya maka keamanannya akan terancam, ia merasa takut karena dirinya terancam oleh perasaan tersebut dan memindahkan arah pandangan nya kepada orang yang ia anggap lebih besar yaitu Tuhan. Agama muncul karena manusia mengalami perpecahan dalam dirinya. 

Disatu sisi manusia itu lemah, di lain sisi manusia itu merasa kuat lalu kuasa dipersonifikasikan oleh Tuhan. 

Konsep ketuhanan dalam pancasila, sebagaimana dilansir dari https://kaltimpost.jawapos.com/kolom-pembaca/21/11/2022/sila-pertama-pancasila-danmemahami-agama-dengan-benar yaitu, nilai ketuhanan dalam sila pertama ini mengindikasikan pentingnya setiap warga negara untuk bertuhan, dan pentingnya beragama dalam kehidupan berbangsa. Dari dua konsepsi diatas ada peng identifikasian masalah terhadap kondisi masyarakat pada masa Nietzsche dengan bangsa Indonesia saat ini. 

Nietzsche mengkritik agama sebagai sebuah lembaga sosial yang membatasi kreativitas dan kebebasan manusia. Agama tradisional dianggapnya sebagai alat untuk mengendalikan massa dan mempromosikan ketaatan terhadap aturan-aturan moral dan etika yang dianggap sudah tertentu. 

Penggunaan agama dalam politik Agama sering digunakan dalam politik di Indonesia, baik dalam pemilihan umum maupun dalam urusan pemerintahan. Beberapa partai politik bahkan didasarkan pada keyakinan agama tertentu dan mencoba memobilisasi massa dengan menggunakan agama sebagai alat politik. 

Hal ini dapat memicu ketegangan antar agama dan memperkuat kepentingan kelompok tertentu. Kita bisa lihat dan menyamakan dengan keadaan sekarang bahwa ketika mendekati pemilihan presiden banyak partai yang memasang bendera kebanggaannya di pinggir jalan dan para kader partai menjual ucapan manisnya kepada publik agar terpilih menjadi pemimpin bangsa, amanah atau tidak? Wallahu a’lam 

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Nietzsche mungkin tidak akan sepakat dengan konsep ketuhanan dalam Pancasila. Dia mungkin menganggapnya sebagai suatu bentuk penindasan yang merusak kebebasan dan potensi manusia untuk mencapai kemajuan. Namun, ini hanya spekulasi karena Nietzsche tidak pernah mengekspresikan pandangan langsung tentang Pancasila atau politik Indonesia secara khusus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun