Mohon tunggu...
Muhamad Firmansyah
Muhamad Firmansyah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pria berkacamata yg tampan & menawan | Penikmat kopi & kehidupan | Pelukis kata | Pembaca dunia & dunia lain | Pekerja lepas | Pembelajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kertas Putih

8 Juli 2011   08:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:50 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada awalnya kita hanyalah kertas putih. Kertas yang belum tertulis sepatah kata dan belum tergambar segores warna. Kertas yang suci bebas dari goresan kata tak bermakna dan bebas dari gambar yang cela. Kertas yang higienis tak ada kuman, bakteri, dan penyakit yang bersarang.

Lalu seirng berjalannya waktu sepatah kata mulai tergores dan yang menggoreskan kata itu adalah kedua orang tua kita. Keindahan dan kelembutan tutur kata yang terucap adalah penjelmaan kedua orang tua kita. Dan warna merah, jingga, biru, hijau, bahkan hitam mewarnai kertas putih tadi. Dan yang mewarnai adalah lingkungan sekitar kita. Kerabat, sahabat, bahkan penjahat ikut mewarnai kertas yang suci tadi.

Menjadi puisi indah atau kata-kata sampah tergantung siapa yang menuliskan kata di kertas putih tadi. Menjadi lukisan penuh warna yang memesona atau gambar abstrak yang tidak mempunyai arti tergantung siapa yang menggoreskan warna dan membentuk pola. Ingat kita tidak mungkin menjadi kertas putih lagi, yang wajib kita lakukan sekarang yaitu membiasakan dan memberanikan diri untuk mulai menuliskan kata indah agar terbentuk kisah yang bahagia, menggoreskan warna yang serasi agar menjadi lukisan yang bernilai tinggi. Untuk berani menuliskan kata dan menggoreskan warna tergantung orang-orang disekitar kita.

Mau menjadi apa kita, tergantung dengan siapa kita bergaul. Berkawan dengan pedagang minyak wangi kita akan ikut menjadi harum, kalau kita berkawan dengan pedagang ikan maka kita akan berbau amis. Kita adalah dengan siapa kita bergaul, buku apa yang kita baca, akun twitter siapa yang kita follow, seminar apa yang kita ikuti, dan dengan siapa kita belajar. Kalau orang-orang disekitar kita membawa energi positif maka kita akan tertular virus positif, begitu juga sebaliknya.

Berbahagialah orang yang dianugerahkan orang-orang dilingkungannya yang mempunyai aura positif, kalaupun belum mari dari sekarang kita yang mengembangkan aura positif dilingkungan kita. Kita warnai diri sendiri dan lingkungan dengan warna pelangi yang indah, kita jadikan diri sendiri adalah puisi cinta yang menggoda. Selamat mencoba J

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun