Saat ini, kewarganegaraan kerap dipandang sebagai sesuatu yang bersifat formal atau administratif---memiliki KTP, paspor, atau dokumen negara lainnya. Padahal, lebih dari itu, kewarganegaraan adalah tentang kesadaran kolektif, keterikatan emosi, dan kontribusi nyata terhadap bangsa.Â
Kewarganegaraan Bukan Sekadar Identitas, Tapi Rasa Memiliki
Banyak dari kita lupa bahwa kewarganegaraan mengandung makna lebih mendalam, yakni rasa memiliki terhadap negara ini. Sikap peduli terhadap lingkungan sekitar, menjaga nilai-nilai toleransi, hingga aktif menyelesaikan isu sosial merupakan wujud sejati menjadi warga negara. Bukan hanya "ada", tetapi benar-benar "terlibat".Â
Krisis Peduli sebagai Ancaman Kewarganegaraan
Di tengah modernisasi dan arus digitalisasi, masyarakat kian sibuk dengan dirinya sendiri. Sikap apatis terhadap kondisi negara seperti kemiskinan, pendidikan, polusi lingkungan, dan praktik korupsi justru merusak esensi kewarganegaraan itu sendiri. Apalagi di era media sosial, kritik tajam lebih sering hanya jadi "seremonial online" tanpa aksi konkret di dunia nyata.
Bagaimana kita menyebut diri warga negara jika kita acuh tak acuh terhadap masalah di depan mata? Ketika sampah di jalan dianggap bukan urusan kita? Ketika anak muda memilih diam daripada bersuara ketika ketidakadilan terjadi? Menjadi warga negara sejati artinya berani "bertindak" dalam kapasitas kecil maupun besar untuk menciptakan perubahan.
Kewarganegaraan di Masa Depan: Kolaboratif dan ProgresifÂ
Ke depan, konsep kewarganegaraan perlu ditafsirkan ulang. Kolaborasi lintas sektor, partisipasi aktif dalam inovasi, dan membangun solusi untuk tantangan zaman harus menjadi fokus setiap warga negara. Bangsa maju bukan hanya bergantung pada pemimpinnya, tetapi dari rasa kepemilikan setiap individu.
Kita tak lagi bisa berkata, "Itu bukan urusan saya." Negara ini adalah "rumah" kita semua. Menjadi warga negara yang peduli bukan beban, tapi kehormatan.
Pendekatan ini menekankan makna kewarganegaraan sebagai kesadaran kolektif dan rasa kepemilikan bangsa, yang jarang ditekankan dalam opini formal tentang kewarganegaraan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H