Satria Raja Shantika adalah kawan saya sejak kecil, meski perbedaan umur kita terbilang cukup jauh tetapi pertemanan kita tetap berlanjut dan tidak ada senioritas atau bahkan penindasan di dalam pertemanan kita.Â
Memang saya melihat dia seperti kakak saya sendiri, banyak hal yang bisa di ambil dari perjalanan hidupnya. Biasa orang mengenalnya raja, ketika saya menyebut namanya di lingkungan saya orang orang langsung menyimpulkan bahwa dia adalah orang yang sombong, pelit, atau bahkan dibilang benalu.Â
Entah apa yang mereka fikirkan ketika mendengar nama kawanku yang satu ini, raja adalah mahasiswa universitas pamulang fakultas manajemen yang sebentar lagi akan di wisuda, perjalanan hidupnya dan perjuangan untuk mencapai titik itu sebagian saya tahu karena stigma teman-teman kepada saya dan raja hampir sama.Â
Kita berdua adalah pedagang tanpa hari libur kecuali sakit, kita bekerja di tanah abang sebagai penjaga toko pakaian, setiap hari kami berdagang dan malamnya kami berkuliah dengan menggunakan sepeda motor menuju unpam.
Penghasilan kami berdua pun tidak cukup untuk bersenang-senang seperti kebanyakan anak-anak yang lainnya, hasil dari kami berdagang habis untuk biaya kuliah dan bertahan hidup.Â
Saya bisa bertahan karena saya yakin dan sudah ada contohnya yaitu kawan saya, dia begitu gigih dalam melakukan segala hal tanpa mengeluh dan apapun yang di katakan oleh oranglain dia terima dan hidup berjalan sebagaimana mestinya. Begini kata dia sewaktu saya mengobrol dengannya
"Apapun yang terjadi terima saja, sebab hidup harus tetap berjalan. Jadikan segala sesuatu sebagai bahan bakar untuk melanjutkan kehidupanmu".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H