Mohon tunggu...
MUHAMAD DIAUL FIKRI
MUHAMAD DIAUL FIKRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG Prajabatan

Tukang bagi-bagi yang profesional. Mulai dari tulisan, senyuman sampai nasi bungkus.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kegiatan WKG PPG Prajab Universitas Negeri Malang Mengangkat Tema "Menumbuhkan Guru Toleran di Era Disrupsi"

30 Desember 2024   23:10 Diperbarui: 30 Desember 2024   23:05 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelaksanaan Diklat WKG (Sumber: Source Pribadi)

Malang, 30 Desember 2024 -- Intoleransi di lingkungan pendidikan menjadi isu serius yang membutuhkan perhatian semua pihak, terutama guru sebagai ujung tombak pendidikan. Untuk menjawab tantangan ini sebagai penyelenggara Pendidikan Profesi Guru (PPG), Universitas Negeri Malang mengadakan Diklat WKG (Wawasan Kebhinekaan Global) untuk membekali pengetahuan calon guru yang diperlukan guna mengatasinya. Acara ini sendiri diselenggarakan di Gedung A21 Sekolah Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Diikuti oleh peserta PPG Calon Guru seluruh bidang studi termasuk bidang studi Teknik Otomotif. Pada bidang studi Teknik Otomotif kegiatan diklat WKG diisi oleh dua dosen yakni; Bapak Drs. Partono, M.Pd., dan Bapak Dr. Dani Irawan, S.Pd., M. Pd.

Pada kegiatan WKG mahasiswa PPG Calon Guru, disampaikan bahwa penyebab munculnya rasa intoleransi di era disrupsi adalah (1) Perbedaan akses terhadap teknologi dan informasi, (2) Perubahan sosial dan budaya, (3) Polarisasi yang diperburuk oleh media sosial, dan (4) Pergeseran norma di masyarakat. Dampak cukup terlihat dari intoleransi khususnya di sekolah adalah deskriminatif terhadap SARA (Suku, agama, dan ras) yang dilakukan baik oleh guru dengan rekannya, guru dengan peserta didik, ataupun peserta didik dengan teman sebayanya. Tentu hal ini menjadi fenomena memprihatinkan terlebih terjadi di era disrupsi sekarang. Dari berbagai penyebab intoleransi tersebut di sampaikan solusi praktis. Dalam pemaparanya, Bapak Drs. Partono, M.Pd., menyoroti peran guru sebagai teladan nilai-nilai kebhinekaan. Beliau menyatakan, "Guru harus menjadi representasi dari nilai toleransi dan keberagaman. Sikap yang kita tunjukkan di depan siswa akan menjadi cerminan yang mereka ikuti. Pendidikan karakter berbasis Pancasila adalah fondasi utama untuk membangun rasa saling menghormati di antara siswa." Beliau juga menambahkan bahwa guru perlu berperan aktif menciptakan lingkungan kelas yang inklusif. "Sebagai pendidik, kita harus memastikan setiap siswa merasa dihargai tanpa memandang latar belakang agama, suku, atau budayanya," tegasnya.

Pelaksanaan Diklat WKG (Sumber: Source Pribadi)
Pelaksanaan Diklat WKG (Sumber: Source Pribadi)

Sementara itu, Bapak Dr. Dani Irawan, M.Pd., memaparkan langkah konkret yang dapat diterapkan guru untuk mengatasi intoleransi di kelas. "Pendekatan kolaboratif seperti diskusi lintas budaya sangat efektif. Melalui kegiatan ini, siswa dapat saling bertukar pandangan dan belajar menghargai perbedaan," jelas beliau. Bapak Dr. Dani Irawan, M.Pd., juga menggarisbawahi pentingnya penggunaan media pembelajaran yang inklusif. "Guru perlu menghadirkan materi yang mencerminkan keberagaman, seperti cerita atau contoh dari berbagai budaya di Indonesia. Ini akan membantu siswa memahami bahwa perbedaan adalah aset bangsa, bukan sumber konflik," tambahnya.

Dalam sesi tanya jawab, salah satu peserta bertanya tentang cara menangani siswa yang menunjukkan sikap intoleran di kelas. Menjawab pertanyaan tersebut, Bapak Drs. Partono, M.Pd., memberikan saran yang aplikatif. "Ajak siswa tersebut berbicara secara personal. Dengarkan alasannya dengan empati, lalu arahkan pandangannya dengan penanaman nilai-nilai kebangsaan yang relevan," jawabnya. Selain itu, Bapak Dr. Dani Irawan, M.Pd., menekankan pentingnya keterlibatan komunitas sekolah. "Kegiatan sekolah seperti pentas seni multikultural atau perayaan hari besar lintas agama dapat menjadi wadah untuk mempererat persatuan dan menghapus prasangka di antara siswa," jelas beliau.

Harapannya dengan terselenggaranya kegiatan diklat WKG dapat membekali calon guru dengan wawasan kebhinekaan yang komprehensif, sekaligus mendorong mereka menjadi agen perubahan (Agent of Changes) dalam membangun generasi muda yang toleran. Peserta yang hadir merasa terinspirasi dan termotivasi untuk mengimplementasikan nilai-nilai tersebut di sekolah tempat mereka mengajar. Kemudian gegiatan Wawasan Kebhinekaan Global ditutup dengan Post Test bertujuan untuk mengevaluasi pemahaman saat mengikuti WKG serta menjadi bahan renungan agar para guru muda tidak hanya unggul dalam kompetensi profesional, tetapi juga mampu menjadi pemimpin yang menggerakkan perubahan sosial menuju Indonesia yang lebih inklusif dan harmonis.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun