Mohon tunggu...
Muhamad DenyFalah
Muhamad DenyFalah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Studi Kejepangan Universitas Airlangga

Hobi saya Berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Chikan: Istilah Kejahatan Seksual di Jepang

22 Desember 2022   11:58 Diperbarui: 22 Desember 2022   14:11 1562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jepang merupakan salah satu dari beberapa negara maju yang ada di dunia, terlihat pada kemajuan industri, teknologi, dan juga ekonominya. Negara-negara lain juga banyak yang menggunakan produk jepang dan mengikuti untuk memproduksi produk yang sudah jepang buat, salah satu contohnya pada produk transportasi dan komunikasi. Dengan majunya teknologi di jepang, pasti masyarakatnya juga sangat giat untuk bekerja agar negaranya tetap maju. Modernisaasi juga pasti terjadi di jepang dengan adanya handphone, densha, computer, dan masih banyak lagi.

Modernisasi juga mempengaruhi pola hidup masyarakat juga, dan menimbulkan dampak positif dan juga negatif. Masalah sosial yang ditimbulkanya yaitu Chikan (ç—´æ¼¢ ). Chikan adalah salah satu tindakan pelecehan seksual dengan meraba tubuh wanita yang tidak dikenal tanpa izin. Kanji Chi (ç—´ ) yang berarti bodoh dan Kan ( æ¼¢) yang berarti akhiran untuk jenis laki-laki, maka chikan bisa diartikan orang bodoh yang suka menggoda wanita.

Chikan biasanya terjadi di densha pada saat ramai dengan meraba bagian tubuh wanita yang bersifat sensitif. Chikan terjadi tidak hanya di kendaraan umum dan saat ramai saja, biasa terjadi juga di tempat yang sepi. Waktu biasanya terjadinya Chikan yaitu pada jam berangkat kerja dan pulang kerja, karena dijam-jam tersebut densha biasanya cenderung ramai. Untuk mengatasi Chikan ini juga tidak mudah karena ada beberapa hal sebagai berikut:

  • Kondisi transportasi umum di Jepang yang sangat padat di jam-jam sibuk.
  • Korban yang takut melapor.
  • Apatisme dari orang-orang di sekeliling korban.

Menjadi semakin rumit, ketika sempat terjadi kasus di mana seorang wanita terbukti berbohong saat menuduh seorang pria melecehkan dirinya (chikan). Oleh karena itu, banyak korban yang memilih untuk diam.

Para pelaku Chikan ternyata mempunyai membuat paguyuban, salah satu yang terkenal ialah Chikan Tomo no Kai (Persaudaraan Pencabul). Shigeru Oohori, seorang pekerja kantoran, membentuk Chikan Tomo no Kai. Shigeru Oohori telah mengumpulkan lebih dari 40 orang, termasuk instruktur, administrator, karyawan, dan bahkan pemimpin agama. Mereka sering berkumpul untuk menyusun strategi, kemudian melakukan pencabulan.

Chikan biasanya hanya terdengar di kereta api. Kereta api adalah moda angkutan umum paling umum di negara ini. Setiap hari, puluhan juta orang menggunakan angkutan umum semacam ini untuk bepergian. Sebagai catatan tambahan, sistem transportasi negara ini sangat baik dan tertata dengan baik, dengan kereta datang dan berangkat sesuai jadwal. Dalam keadaan normal, jumlah gerbong kereta saat itu lebih dari cukup untuk mengangkut semua orang, namun pada jam sibuk, jumlah gerbong kereta terasa kurang. Oleh karena itu, biasanya Chikan terjadi pada saat rush hour atau  jam sibuk, banyak orang-orang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk melakukan Chikan.

Untuk membangun kontrol terhadap orang lain, pelaku melakukan tindakan pelecehan di tempat umum dan mereka juga disibukkan dengan sistem laki-laki yang mengendalikan perempuan dan gagasan bahwa perempuan harus tunduk kepada laki-laki agar perilaku ini dibenarkan. Padatnya angkutan umum juga menyulitkan korban untuk mencari pertolongan atau melaporkan kejadian.

  • Kasus Chikan

Data yang ada menunjukkan bahwa sekitar 2000 kejadian dilaporkan setiap tahun. Menurut sebuah penelitian terhadap dua siswi di sekolah menengah Tokyo, 70% pernah mengalami perlakuan tidak senonoh. Sementara itu, 17% karyawan wanita di berbagai perusahaan mengaku pernah mengalaminya, menurut jajak pendapat. Sebuah surat kabar besar melakukan penelitian, yang menyertakan sampel responden secara acak. Kemudian, pada tahun 2003, salah satu jalur kereta Nagoya, Jalur Higashiyama, yang saya lalui setiap hari, menyatakan bahwa ada sekitar 20 insiden (keluhan) setiap tahunnya. Bukan hanya di jepang saja, ternyata di Indonesia juga terdapat kasus Chikan yang pernah terjadi di KRL dengan cara tangan pria yang dengan sengaja menyenggolkanya ke payudaya seorang wanita yang berada pada gerbng KRL yang sama. Menurut salah satu artikel di Tokyo Times bahwa 66% dari 632 orang perempuan yang diwawancarai mengatakan bahwa mereka pernah dilecehkan oleh Chikan baik itu di densha maupun di stasiun.

  • Kesimpulan dan Saran

Chikan merupakan istilah yang berasal dari bahasa jepang yang berarti tindakan pelecehan yang dilakukan oleh pria terhadap wanita dengan cara memegang atau meraba bagian tubuh wanita yang bersifat sensitif.  Chikan sendiri biasanya terjadi di kendaraan umun atau transportasi umum seperti densha dan biasanya juga terjadi pda jam sibuk atau jam-jam beranhkat kerja dan pulang kerja, seperti jam 7-9 pagi dan 5-7 malam.

Jepang terkenal dengan sopan santuny ketika sedang berhadapan dengan oang orang, terlihat pada saat menundukan kepala pada orang, biasanya jika di Indonesia bersalaman. Chikan memang sering terjadi pada transportasi umum seperti densha, tetapi tempat-tempat selain transportasi umum juga biasanya terjadi Chikan, salah satunya yaitu tempat-tempat yang sepi. Korban dari Chikan juga rata-rata seorang remaja yang berumur belasan tahun dan puluhan tahun. Cara untuk menghentikan tindakan Chikan itu sangat sulit, karena banyak kejadian salah tangkap orang karena pelaporan yang salah dan banyak korban yang memilih untuk diam. Menurut saya sebagai penulis ad acara untuk menghindar chikan itu sendiri, dengan cara menghindari menggunakan transportasi umum terutama densha di jam-jam sibuk.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun