Mohon tunggu...
Muhamad Dani
Muhamad Dani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

UNAIR

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengurai Polemik Tapera

3 Juni 2024   16:10 Diperbarui: 3 Juni 2024   17:28 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Mengurai Polemik Tapera: Antara Harapan dan Kekhawatiran
Isu Tabungan Perumahan

(Tapera) kembali mengemuka, memancing beragam reaksi dari berbagai kalangan. Pemerintah memperkenalkan Tapera sebagai solusi inovatif untuk menjawab masalah keterjangkauan rumah bagi masyarakat Indonesia. Namun, terlepas dari niat baiknya, program ini tidak luput dari kritik dan kekhawatiran. Bagaimana kita bisa memahami lebih dalam mengenai kontroversi ini?

Potensi Positif Tapera
Pada dasarnya, Tapera bertujuan untuk membantu masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah, memiliki rumah layak huni. Dengan sistem gotong royong, peserta Tapera akan menyisihkan sebagian kecil dari gaji mereka setiap bulan sebagai tabungan. Dana yang terkumpul kemudian digunakan untuk memberikan pinjaman rumah kepada anggota yang memenuhi syarat.

Konsep ini menggambarkan semangat solidaritas sosial yang tinggi. Banyak yang berharap, melalui Tapera, akses kepemilikan rumah akan lebih merata. Selain itu, Tapera juga bisa menjadi instrumen untuk meningkatkan tabungan nasional dan mengurangi ketergantungan masyarakat pada pinjaman dengan bunga tinggi.

*Tantangan dan Kritik*

Namun, tidak bisa dipungkiri, Tapera juga menimbulkan sejumlah kekhawatiran. Salah satu isu utama adalah mekanisme pengelolaan dana. Pengalaman masa lalu dengan dana publik, seperti kasus Jamsostek dan BPJS, menimbulkan kekhawatiran akan potensi mismanajemen dan korupsi. Masyarakat membutuhkan jaminan bahwa dana yang mereka tabung akan dikelola dengan transparan dan akuntabel.

Selain itu, ada pula kekhawatiran terkait beban tambahan bagi pekerja dan pengusaha. Dalam situasi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih pasca-pandemi, kewajiban untuk menyisihkan sebagian pendapatan bisa dirasakan sebagai beban tambahan, terutama bagi mereka yang penghasilannya pas-pasan.

*Menimbang Solusi*

Untuk menjawab kritik tersebut, perlu adanya upaya bersama dari berbagai pihak. Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana harus menjadi prioritas utama. Pemerintah bisa menggandeng lembaga independen untuk mengawasi pengelolaan dana Tapera, serta memastikan laporan keuangannya terbuka untuk publik.

Sosialisasi yang efektif juga penting. Banyak pekerja mungkin belum memahami sepenuhnya manfaat jangka panjang dari Tapera. Edukasi mengenai pentingnya tabungan rumah dan mekanisme kerja Tapera bisa membantu mengurangi resistensi.

Di sisi lain, pemerintah juga perlu fleksibel dalam menerapkan kebijakan ini. Misalnya, dengan memberikan kelonggaran atau insentif bagi perusahaan kecil dan pekerja berpenghasilan rendah, agar mereka tidak terlalu terbebani.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun