Mohon tunggu...
Muhamad Aris Safrizal
Muhamad Aris Safrizal Mohon Tunggu... Programmer - Pelajar

Aries

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik Film Yes God Yes

12 Maret 2021   21:24 Diperbarui: 12 Maret 2021   21:26 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan salah satu negara yang masih kuat akan berbagai nilai agama. Membuat setiap remaja tumbuh dalam lingkungan religius dengan segala batasan dan panduannya. Sebagai seorang remaja yang masih lugu dan polos, kita mungkin pernah dihantui rasa berdosa ketika melewati batasan tertentu. Itulah yang dirasakan Alice dalam film 'Yes, God, Yes'.

Sudah lama semenjak film drama remaja dibawakan tanpa narasi dari pemeran utamanya. Meski tanpa narasi untuk menjelaskan perasaan pemeran utama, Natalia Dyer mampu membawakan akting yang "berbicara". Bisa dibilang Natalia tidak memiliki porsi dialog yang banyak. Ia hanya diam, merasakan, dan mengobservasi situasi sepanjang kisah.

Tidak Merendahkan Ajaran Agama Tertentu, Hanya Memberikan Perspektif Baru

Agama merupakan materi yang cukup sensitif. Salah-salah naskah yang ditulis bisa merendahkan ajaran agama tertentu meski secara tidak sengaja. "Yes, God, Yes" sama sekali tidak memberikan statement jelas tentang 'ini yang benar dan ini salah', hanya memberikan sebuah pencerahan baru yang bisa memberikan dampak berbeda pada setiap penontonnya. Setiap penonton pasti memiliki keyakinan dan prinsip yang berbeda. Dibutuhkan pikiran terbuka untuk bisa menangkap pesan yang hendak disampaikan melalui film ini.

Oleh karena itu, sebuah pilihan yang tepat untuk tidak memberikan narasi seperti film drama remaja pada umumnya. Kita sebagai penonton hanya bisa mengobservasi dan menarik kesimpulan sendiri, bahkan tanpa intervensi pendapat dari karakter utama yang memposisikan diri sebagai pihak yang harus didukung dan dibenarkan pemikirannya.

Setiap agama mengajarkan hal yang baik dan manusia tak pernah lepas dari dosa. Namun, apakah merasakan hasrat seksual sebagai proses pendewasaan fisik dan psikis merupakan sebuah hal yang salah? "Yes, God, Yes" telah menyajikan isu yang selama ini mungkin bersembunyi dalam batin kita dan memberikan pencerahan baru dengan komposisi yang tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun