Dia adalah ciptaaNya, Yang selama ini membuatku yakin pada sebuah kesimpulan bahwa, Tak ada yang melebihi kecepatan cahaya melainkan cinta, Tak ada yang lebih menyengsarakan melainkan rindu, Dan tidak ada yang lebih penting melainkannya, Dia yang tak mampu terwakili hanya dengan sebuah wujud paras yang indah
Saat pertama kali bertemu,Â
kutatap mata lembutnya itu, berdebar seakan tatapannya itu jatuh dari langit khusus untukku. senyumnya membuat bintang gemintang pilu atas cahayanya.Â
setelah itu,
kudekatkan diriku padanya, agar bisa kunikmati wajahnya  selalu, dan saling bertukar senyum walau dengan malu. terlihat dari dia yang selalu mengusap hijabnya ketika aku menatapnya.
Malam-malam itu telah kulewati, dengan kisah-kisah bersamanya, kisah yang selalu dekat dengan tidurku. dan sosoknya yang selalu hadir di kesepianku, memayungiku dikala rindu menghujaniku.
Â
Dia teduh,Â
Sampai-sampai merasukiku hingga membuatku tersadar, Menamparku hingga aku terjaga, Mendekapku hingga aku merasa sejuk, Mengikatku hingga terasa bebas, dan Membunuhku Hingga membuatku enggan untuk hidup Kembali, Karena tetap mati karenanya jauh lebih indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H