Mohon tunggu...
Muhamad Alwi Syahrial
Muhamad Alwi Syahrial Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Football Enthusiast, Publik-policy, Enviromental and political-social

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup dan teori kehidupan

30 November 2024   13:12 Diperbarui: 30 November 2024   13:12 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

kehidupan ini ternyata merupakan jalan yang harus kita jalani dalam sehari-hari nya. Kita selaku manusia tentunya memiliki pilihan yang banyak dalam menentukan pilihan kehidupan kita, terkait bagaimana hidup kedepannya, atau harus berbuat apa saja untuk melanjutkan kehidupan itu sendiri.

Lika liku kehidupan tentunya akan sangat membutuhkan yang Namanya teori hidup, acapkali kita melihat referensi teori kehidupan itu dengan beberapa tokoh filsuf yang pernah kita baca dalam beberapa buku. Teori-teori yang pernah kita baca itulah yang terkadang menjadi motivasi kita untuk melanjutkan kehidupan.

Namun yang sering kali terjadi, ada beberapa teori kehidupan yang katanya tidak semua bisa di terapkan dalam kehidupan yang nyata. Hal seperti itu ternyata memang sering terjadi sob, bahkan katanya kehidupan nyata itu hanya sekian persen dari teori kehidupan yang ada. Jutsru yang harus ditekuni itu ialah pengalaman hidup. karena menurut beberapa pepatah orang dulu bahwa Pengalaman ialah guru terbaik.

Beberapa contoh bahwa pengalaman ialah guru terbaik, seperti kita ingin mengejar tulisan kita ingin segera di publish dalam sebuah jurnal, akan tetapi dengan banyaknya tahapan editor serta reviewrs yang ada sehingga jurnal kita terus di revisi. Kita kadang akan merasa kesal dengan fenomena tersebut, rasa ingin terbit selalu mengantui karena di dorong dengan kebutuhan akademik. Namun karena kita menganut bahwa pengalaman ialah guru terbaik, sehingga kita bisa memperbaiki revisi atau catatan-catatan kecil ataupun besar, karena dengan langkah itu kita bisa menerbitkan jurnal yang kita submit. Dari sini sudah jelas bahwa pengalaman itu harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya, kemudian dari pengalaman itu patut kita tekuni di bagian mana saja yang harus kita perbaiki supaya jurnal yang kita submit bisa segera terbit.

Kita sebagai manusia tidak bisa dipisahkan dengan yang Namanya kesulitan sob, justru dari kesulitan itu seharusnya kita bisa berpikir bahwa kedepannya harus melakukan langkah-langkah yang kongkrit. Namun di sisi lain kita juga tidak sepenuhnya melupakan teori hidup, karena teori hidup sama dengan adanya nilai prinsip yang harus kita pegang. Nilai prinsip itulah yang menjadi parameter bahwa kehidupan kita akan terbatas dengan kehidupan dan hak orang lain. 

Menurut beberapa orang dahulu bahwa untuk menjalankan kehidupan itu tidak perlu membutuhkan teori yang banyak, di zaman mereka roda kehidupan mendorong untuk terus bertahan hidup dengan cara para leluhurnya. Secara tidak langsung mereka mengikuti pengalaman pengalaman yang sudah di ikuti oleh zaman dahulu. Hal ini relevan dengan dunia pekerjaan, bahwa kebanyakan rekrutan perusahaan pasti akan membutuhkan orang yang sudah berpengalaman lama di banding orang yang baru lulus. Sangat logis, karena secara tidak langsung mereka tidak ingin karyawannya mulai dari awal lagi untuk melakukan pekerjaan. Dari sinipun sudah jelas sob, bahwa pengalaman memang sangat dibutuhkan dalam hal apapun.

Akan tetapi dengan pernyataan seperti itu, bukan berarti mengenyampingkan tentang teori kehidupan. Hemat saya, bahwa teori yang sudah kita dapatkan tidak sepenuhnya bisa langsung dilakukan dalam dunia kehidupan, akan tetapi teori yang sudah kita dapatkan harus kita olah lagi supaya nilai teori itu bukan hanya sekedar tekstual belaka. Hal ini betujuan untuk menyeimbangkan sebuah roda kehidupan, bahwa selama kita hidup harus perpegang teguh terhadap nilai nilai dan prinsip, serta pengalaman yang akan bekerja dari teori yang sudah kita dapatkan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun