Pada tahun 2014, tepatnya 7 November Klub asal Kota Bandung ini meraih gelar juara Indonesia Super League 2013/2014. Skor imbang sampai babak tambahan memaksa persib vs persipura ini harus bertaruh dengan adu pinalti. Tahanan Imade Wirawan dan tendangan penentu Ahmad Jufriyanto membuat seluruh bobotoh dan kota bandung bersorak ria, tangis dan haru mereka menjadi rindu yang terbayarkan dengan kemenangan persib vs persipura pada saat itu. Â Stadion jaka baring yang bertempat di Palembang seakan menjadi saksi nyata, bahwa klub asal kota Bandung ini telah menuntaskan mimpinya yang telah di tunggu-tunggu hingga belasan tahun.
Sudah satu dekade: Saatnya Persib meraih kembali kejayaan Liga
Setelah gelar Persib juara pada tahun 2013/2014, Indonesia Super League pun berada di ujung tombak. Banyak polemik yang terjadi pada saat itu, bahkan kondisi PSSI sebagai Lembaga terbesar sepakbola Indonesia mendapat sanksi yang sangat berat. Sanksi berat yang diberikan FIFA pada saat itu membuat kompetisi Liga resmi harus berhenti. Tentunya kondisi seperti ini sangat berdampak begitu besar terhadap kondisi klub, khusunya karir pemain. Namun kondisi sepakbola Indonesia pada saat itu tidak bisa bila terus menerus jalan ditempat, karena terlalu banyak resiko ketika petinggi sepakbola Indonesia pada saat itu hanya pasrah terhadap keadaan.
Setelah banyak diskusi dan beberapa banyak masukan, lahirlah beberapa kompetisi selingan yang menjadi mengisi kekosongan Liga pada saat itu, seperti pila presiden, piala Bhayangkara, piala jenderal Sudirman dan piala-piala yang lainnya lagi. kompetisi semacam ini perlu dilakukan pada saat itu, karena klub perlu melihat masa depan karir pemain dan kondisi internal klub itu sendiri, seperti keuangan, sponsorship, perawatan stadion, gaji dan lain sebagainya. Sedikit demi sedikit dunia sepakbola Indonesia mulai bangkit kembali, dan hal ini perlu diambil secara cepat oleh para petinggi PSSI. Karena bila tidak, masa depan klub, timnas serta pemain akan diambang dengan kondisi yang tidak pasti.
Sama halnya kondisi Persib pada saat itu, banyak pemain yang memilih untuk hengkang dan berkarir di Luar negeri, seperti Makan Konate yang memilih berkaarir di Liga Thailand, lebih tepatnya di klub T-Team. Hal ini memang sangat diwajarkan dengan kondisi sepakbola pada saat itu, karena mereka sangat dipertaruhkan dengan keadaan yang tidak pasti.
Namun dari beberapa tahun kemudian, akhirnya kompetisi pun berjalan kembali. Sehingga para klub dan Masyarakat Indonesia menyambut kebangkitan liga ini dengan penuh riang gembira. Yang ditunggu-tunggupun akhirnya kembali, perputaran ekonomi dan sosial pun kembali bergulir dengan kembalinya kompetisi liga pada saat itu. Salah satunya para penggemar Persib atau sering disebut dengan Bobotoh Viking. Dari tahun ke tahun seluruh penggemar persib selalu berharap bahwa timnya akan mengulangi kejayaanya kembali seperti pada tahun 2014. Pemain silih pergi dan berdatangan, pun dengan pelatih. Semenjak dari keluarnya Djajang Nurjaman yang membawa persib juara, Â persib pun memiliki pelatih yang pernah membimbina klubnya. Mereka ialah Dejan Antonic, Mario Gomez, Miljan Radovic, Robert Alberts, luis Milla dan sampai aat ini ialah Bojan Hodak.
Persib selalu di gadang-gadangkan juara sejak musim 2021/2022 dan musim 2022-2023. Peringkat persib selalu berada di 3 papan teratas, namun tetap saja persib selalu gagal untuk meraih juara liga pada tahun itu. Saat itu Bali United dan PSM Makasar yang menjuarai kompetisi Liga 1 Indonesia, di ikuti dengan peringkat kedua, yaitu Persija Jakarta pada musim 2022/2023. Namun lebih daripada itu, hal ini menjadi Analisa yang perlu dipikirkan secara matang oleh beberapa pelatih, salah satunya Luis Milla dan Bojan Hodak. Mereka berpikir Persib merupakan tim Raksasa Liga 1, akan tetapi di setiap ujung tombak Liga, Persib selalu gagal untuk meraih juara Liga. Tentunya evaluasi manajer dan pelatih yang sekerang, sedikit demi sedikit mengubah pola permainan persib dan beberapa mendatangkan pemain baru yang sangat berpengalaman, salah satunya Stefano Beltrame, pemain professional asal dari negara Italy.
Harapan persib untuk menjadi juara, bukan hanya harapan jajaran manajer dan pemain saja. Jutaan bobotoh selaku penggemar Persib pun ikut berharap dan berdoa agar persib di musim 2023-2024 ini bisa meraih kembali gelar juara itu. Tentunya motivasi semacam ini membuat para pemain dan pelatih merasakan atmosfer yang luar biasa, mereka akan terus berusaha untuk memenangkan pertandingan di setiap laganya, baik kandang ataupun tandang. Jutaan dukungan bukan hal yang sedikit, tentunya dengan jutaan penggemar ini akan membuat amunisi tim Persib selalu bertambah untuk bisa memenangkan Pertandingan. Terlebih supporter yang datang ke stadion, mereka secara langsung memberikan dukungan melalui chant, poster yang membuat motivasi, koreo, serta teriakan nama pemain persib yang selalu di lakukan di Tengah-tengah pertandingan. Hal ini yang membuat motivasi pemain lebih percaya diri ketika bermain dilapangan hijau, kehadiran supporter membuat para pemain merasa di kawal di setiap sudut tribun stadion. Sehingga mereka mempunyai motivasi tinggi untuk bisa memberikan kemenangan untuk jutaan penggemar yang menonton disetiap pertandingan.
Maka saatnya lah persib  juara di musim ini, mengingat sudah pas 1 dekade terakhir kali Persib mengangkat trofi liga 1, yang pada saat itu Firman Utina dan kawan-kawan bisa membawa Persib meraih gelar. Begitupun dengan saat ini, dengan didukung oleh pemain-pemain yang luar biasa serta pelatih yang cerdas dalam mengolah strategi dan taktiknya, dengan itu tidak ada alasan lain lagi untuk persib tidak bisa meraih gelar. Secara statisik persib merupakan tim yang sukar di kalahkan, pencetak gol terbanyak dan gaya permainan yang konsisten. Sehingga itu semua bisa menjadi modal para pemain dan pelatih untuk bisa meraih kembali gelar kejayaan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H