Mohon tunggu...
Muhamad Alwi Syahrial
Muhamad Alwi Syahrial Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Football Enthusiast, Publik-policy, Enviromental and political-social

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urgensi Literasi di Era Teknologi dalam Bermedia Sosial

26 Oktober 2023   14:32 Diperbarui: 26 Oktober 2023   14:34 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang kita ketahui, teknologi pada saat ini semakin berkembang dengan pesat, terutama pada handphone, yang sering kita bawa kemanapun dan kapanpun. Perkembangan mencuat ini menuai banyak pro dan kontra terhadap nilai efesiensinya dikalangan umat manusia, mulai dari sudut pandang fungsional sampai terhadap kultural. Dengan Kedua hal tersebut, seharusnya kita perlu sikap skeptis dengan memulai mengkritisi hingga ke yang paling dasar, terutama dalam ruang lingkup literasi. Pengertian literasi ini tidak hanya sampai membaca saja, akan tetapi literasi mendorong kita lebih jauh dan lebih dalam terhadap sesuatu yang kita pahami, terlebih dalam menggunakan media sosial yang sering kita gunakan sehari-hari.

Dalam bermedia sosial kita kerap kali mendapatkan informasi yang sangat mudah untuk di akses oleh semua orang. Namun dari kemudahan itu pastinya akan menghasilkan sesuatu yang positif dan negatif. Untuk pengguna media sosial seharusnya sikap kritis ini perlu di miliki oleh setiap orangnya, mungkin secara informasi akan mudah di dapatkan, namun dari sisi yang lain bahwa dengan kemudahan mendapatkan informasi itu mungkin akan mudah pula terkecoh terhadap informasi yang masyaralat baca. Jika hal ini tidak di kritisi lebih jauh lagi maka kita sebagai pengguna akan mudah terjerumus dalam hoax.

Kejadian seperti itu sudah bukan satu dua kali kejadian biasa, kita kerap terjadi terjebak akan informasi yang berdatangan dengan mudah nya melalaui handphone yang sering kita pegang sehari-hari. Seakan kita terlalu terbuai dengan kecanggihan teknologi ini, sehingga kita lupa untuk mengkritisinya. Dengan segala kemudahan itu tidak lah semua nya berjalan dengan baik dan mulus, pastinya akan ada saja kejadian yang terkadang merugika pribadi ataupun negara. Karenanya media sosial ini memang sangat cepat untuk meng akses segala informasi yang sedang terjadi, mungkin saja masyarakat belum siap menerima hal tersebut dengan sikap-sikap kritis.

Semua ini beperan dalam mengelola jalannya kemajuan teknologi informasi ini, secara negara mungkin perlu lagi memfilter segala bentuk informasi melalui peraturan perundang-undangan. Secara Masyarakat perlu terus diadakan sosialisaso serta edukasi kepada Masyarakat mengenai perlunya sikap kritis terhadap segala informasi yang mereka baca melalui hanphone nya. Ketika keadaan sosial dalam bermedia sosial ini dengan mudahnya terjerumus dalam hoax, maka sesuatu yang benar pun akan bisa jadi akan sesuatu yang salah, semua itu efek dari kurang nya kritisisasi Masyarakat dalam bermedia sosial.

Menurut data dari kemenkominfo bahwa situs penyebaran hoax di Indonesia ini kurang lebih ada 800.000 situs. Data tersebut membuat internet telah salah di manfaatkan oknum tertentu untuk keuntungan pribadi dan kelompok, dengan cara menyebarkan informasi serta isi konten negative yang menimbulkan keresahan dan saling mencurigai Masyarakat.

Berangkat dari hal tersebut, ketika kurangnya literasi dalam menggunakan media sosial, efek domino akan terjadi, seperti efek ekonomi, budaya, ras dan agama. Orang-orang akan bertindak seperti manusia yang superior, yang menganggap dirinya yang paling benar dan paling kuat. Tidak sedikit peristiwa hukum yang terjadi dalam tindakan kesewenang-wenangan oknum yang tidak tertanggung jawab, seperti penipuan online dalam berbelanja, pencemaran nama baik, komentar yang tidak bijaksana, serta saling menjela-jelekan hal yang sifatnya privat; suku, ras, budaya dan agama. Peristiwa itu karena di dorong kurangnya literasi bahwa setiap media sosial mempunyai aturan dan regulasinya masing-masing dan adanya dorongan ujaran kebencian terhadap sesuatu yang secara subjektif di cap buruk.

Dorongan edukasi terhadap pengguna media sosial ini perlu terus di sampaikan secara holistik, peran edukasi ini sangat penting untuk kemajuan masyarakat di era teknologi. Ketika kurangnya literasi dalam bermedia sosial ini, kita akan sangat sulit sesuatu yang benar dan salah terhadap fakta yang di sampaikan. Saking pentingnya perang literasi ini akan berdampak besar bagi pengguna, untuk menghindari penipuan, berita bohong serta tindakan sewenang-wenangan.

Maka dengan itu dengan mempunyai sikap gerakan literasi, kita dengan sendirinya akan terasah sikap-sikap kritis terhadap sesuatu yang ada, dengan tidak mudah untuk terjerumus ke hal-hal yang negative. Dorongan ini pula memerlukan masyarakat juga untuk terus mencari tahu kebenaran terhadap informasi yang mereka baca, dan kita tidak bisa mengandalkan regulasi saja. Karena regulasi dan Masyarakat ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan, keduanya saling mendukung satu sama lain agar tercipta lingkungan yang berbasis ramah terhadap media sosial. Seluruhnya berperan untuk saling menopang berita bohong, penpiuan, serta pencemaran nama baik. Karena dengan dorongan semuanya, peristiwa-peristiwa merugikan itu akan berkurang dengan sendirinya melalui penggunaan yang bijaksana dalam bermedia sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun