Sabtu, 9 Oktober 2010 saya meluncur menuju villa di daerah Trawas untuk memberikan materi dalam rangka memperkenalkan jurusan manajemen di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel kepada mahasiswa-mahasiswa baru angkatan tahun 2010. Perjalanan yang lengang melalui jalur Mojosari-Trawas membuat saya terkantuk-kantuk diterpa hawa pegunungan yang sejuk karena memang saya minta ke pak driver untuk tidak menyalakan ac dan menikmati ac alam buatan Tuhan. Istri dan anak-anak saya ajak serta karena memang saya berencana tidak akan berlama-lama, selesai memberikan materi yah..berbasa-basi sebentar dan pulang. Itulah agenda saya karena selain itu posisi saya juga sedang dalam posisi suami siaga.
Kawan-kawan mahasiswa menempati villa ini dengan ‘gratis’ atas kebaikan seorang pengusaha yang telah sukses dan ingin berbagi dengan cara memberikan pinjaman tempat untuk acara kawan-kawan mahasiswa . Pak Syamsul demikian biasa beliau dipanggil merupakan salah seorang pemilik saham PT Gama di daerah Perak Surabaya. Tentunya proses ini juga tidak seperti mendapatkan durian runtuh secara tiba-tiba. Ini juga melalui usaha wakil dekan III Bapak Sunarto yang kenal dekat dengan beliau. Ah, inilah caraTuhan membangun silaturahmi diantara ummatnya.
Jauh hari, saya telah mempersiapkan materi apa yang akan saya sampaikan pada panitia. Saya sedikit ‘cerewet’ dengan selalu menanyakan sampai seberapa jauh progress persiapannya, karena Pak Syamsul memberikan materi dan memotivasi melaluientrepreneurnya sebagai pelaku entrepreneurship maka saya akan berbagi dengan game yang saya kaitkan dengan slogan baru jurusan manajemenAware, Learn, Lead, Inspire. Slogan inihanya sempat didiskusikan sedikit saja oleh Pak Aun sebagai pencetus awal ketika awal-awal menduduki posisi sebagai sekretaris jurusan manajemen di Fakultas Dakwah. Ketika saya diminta mengedit sewaktu akan membuatbrosur jurusan saya tidak banyak mengomentari dan hanya melakukan perbaikan redaksi sedikit. Saya yakin maksud baik dari Pak Aun. Sayapun sering ‘mengompori’ teman-teman dijurusan bahwa kita memerlukan budaya baru untuk membangun jurusan manajemen ini, tidak bisa menunggu dan menunggu. Sampai kapan ???….kalau mau menunggu, itulah kata-kata yang sering saya lontarkan. Jadi klop dengan kata awal slogan Aware, sadar (bukan berarti selama ini tidak sadar dan gila hehehehe) karena dengan (ke) sadar (an) lah akan muncul kepedulian. Itu yang saya fikirkan.
Butuh satu jam lebih lima belas menit waktu tempuh dari Menganti Gresik ke Trawas dengan kecepatan sedang. Saya dipandu Pak Syamsul untuk menuju villa nya karena kebetulan saya bertemu beliau didepan Koramil Trawas yang letaknya tidak jauh dari villa beliau. Ah keberuntungan lagi batinku, karena ketika di Mojosari saya sudah kontak kepanitia mengenai ‘ancer-ancer’ posisi villa tempat mereka mengadakan acara.
Tidak menunggu lama setelah tiba di villa, Pak Syamsul langsung memberikan materi yang dikombinasikan dengan kisah hidup beliau, bagaimana beliau bisa sampai seperti saat ini. Beliau juga memotivasikawan-kawan mahasiswa dengan penekanan pada jangan pernah menyerah dengan kondisi yang ada. Saya melihatnya ini sebagai intangible asset (seperti apa yang ditulis Pak Rhenald Kasali dalam buku Myelinnya) dari beliau yang sangat luar biasa bila menilik perjalanan hidup beliau. Hampir dua jam Pak Syamsul memberikan materi dan berdiskusi dengan kawan-kawan mahasiswa. Antusiasme tampak pada wajah kawan-kawan mahasiswa. Suasana menjadi gerr ketika Pak Kajur ‘Gus Dur’ sedikit memberikan tambahan bahwa ‘ternyata hidup selalu enak terus itu adalah bagian kelemahan dari saya’. Entah apa yang ada dibenak beliau, mungkinorang yang tidak pernah susah itu eagerness nya kurang atau bahkan tidak ada barangkali (fikirku). Tak lupa Pak Dur ini, juga mengajak kawan-kawan mahasiswa untuk bangkit bersama-sama membawa jurusan manajemen menjadi yang terdepan di kampus IAIN Sunan Ampel.
Tibalah giliran saya untuk memberikan materi berupa game sehabis jeda makan siang. Karena cuaca tidak memungkinkan rencana game yang akan diadakan di luar akhirnya diadakan di dalam ruangan. Tak mengapa, tetapi saya sedikit memiliki catatan penting yang melekat dalam benak saya ketika‘kecerewetan’ saya sebelum berangkat itu ternyata terbukti. Banyak hal-hal diluar dugaan yang sebetulnya ‘sudah saya duga’ terbukti. Akhirnya saya katakan ‘saat ini kita sudah siap berperang saya tidak suka mendengan berbagai alasan lagi karena saya sudah mengingatkan jauh-jauh hari bahkan h-2 . Saya kasih tahu kalian saya ini marah !’.
Gamepun saya mainkan di dalam ruangan dengan sedikit modifikasi dan dengan peralatan yang tersedia. Panitia rupanya telah memberikan yel-yel “We are the leader” pada kawan-kawan mahasiswa baru ini. Ruangan terasa sempit dengan teriakan keras yel-yelkawan-kawan yang berjumlah 80an ditambah panitia yang membantu saya dalam memandu permainan.
Diakhir permainan saya ulas maksud dari permainan yang semestinya five sense menjadi four sense karena masalah teknis. “Menjadi pemimpin itu tidak gampang kawan. Maksud dari permainan yang kita mainkan ini, semuanya untuk menggugah indera pemberian Tuhan untuk kita gunakan pada saat kita menjadi pemimpin ataupun tidak menjadi pemimpin, karena pemimpin itu terkadang tidak memiliki follower bila dia memimpin dirinya sendiri. Sadar diri dengan segala kondisi yang ada akan menjadikan kita lebih bijak dan melahirkan kepedulian, kita tidak boleh menyerah begitu saja dengan kondisi yang ada, semangat dan tetap fokus pada tujuan semula (aware). Jadilah manusia-manusia pembelajar yang tidak pernah berhenti untuk terus belajar dan belajar. Walaupun anda menjadi pemimpin tetaplah terus belajar. Agama menuntun kita untuk ini, fokus pada cita-citamu kawan (learn). Menjadi pemimpin tidak mudah, yang paling penting saat ini anda bisa memimpin diri anda sendiri, memimpin waktu anda, memimpin agenda-agenda anda dan tentunya memimpin cita-cita besar anda (lead). Bila itu semua sudah dilakukan dan dijalankan maka anda akan menjadi inspirasi bagi orang lain, jurusan lain, fakultas lain atau bahkan institut lain dan universitas lain. Lakukan dengan kesungguhan hati dimulai dari hal-hal kecil yang membawa manfaat bagi bumi ini (inspire). Tahukah kalian bagaimana ketika Islam ini berjaya dibelahan Eropa dahulu? Itu karena semua sahabat dan pengikut Rasul menomorsatukan Allah. Tahukah kalian, penyebab runtuhnya kejayaan Islam? Itu juga karena mereka sudah tidak menomorsatukan Allah. Lahirnya slogan Aware, Learn, Lead, Inspire ini saya kira bukan merupakan sebuah kebetulan. Bila disingkatdalam bahasa Indonesia bisa terbaca ALLI (alli) tetapi bila dibaca dengan sedikit memodifikasi tulisan dalam ejaan arab maka slogan ini bisa terbaca 4LLI (Allah). Ini sempat saya diskusikan dengan Pak Aun ketika h-5 sebelum acara hari ini. Inilah yang saya bilang sebagai bukan sebuah kebetulan. Kawan-kawan, bila kita ingin maju dan sukses janganlah kau kesampingkan Tuhanmu yang telah mengantarkanmu ke lokasi yang sejuk disiang ini. Jangan lupa pula apa yang telah Pak Syamsul tadi katakan, saya menggaris bawahi materi beliau tadi be an effective people ”.
Itulah cuplikan kata-kata saya sebelum akhirnya saya akhiri dan meminta maaf kepada kawan-kawan mahasiswa dan panitia atas segala kekurangan saya. Saya pun berpamitan karena tidak dapat menunggui mereka dan menginap atas permintaan salah seorang panitia untuk dapat turut serta pada acara api unggun pada malam harinya sebagai penutupan dari serangkaian acara yang telah mereka lalui mulai hari Jum’at, 8 Oktober 2010.
Dalam perjalanan pulang saya merenung, canda dan tawa anak-anak tidak begitu memecah konsentrasi saya. Dalam hati saya akan menulis dan akhirnya lahirlah tulisan dengan judul di atas. Saya juga jadi teringat pesan dari Steven Covey dengan kebiasaan ke delapannya ‘temukan suara anda dan ilhami orang lain untuk menemukan suara mereka’. Ah … apapun itu yang jelas jadilah manusia-manusia yang berguna bagi bumi ini kawan dan jangan membuat kerusakan, manusia inspiring.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H