Wajah bapak supir mikrolet yang saya tumpangi tampak sumringah. Terlihat memang dia sedang merapikan lembaran-lembaran uang kertas ribuan sambil mengemudikan mobilnya. Saya mengamati memang cara beliau mengendarai mobilnya juga tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lambat di pagi hari itu. Saya beruaha menebak-nebak, apa yangada di benak pak sopir mikrolet yang saya tumpangi.
Di pintu mikrolet tempat penumpang naik turun terdapat tempelan stiker “jauh dekat bayar Rp.3000”. Tempelan stiker ini untuk mengingatkan penumpang bahwa ongkos mikrolet dengan jalur tempuh Arjosari ke Dinoyo yang berjarak sekitar 8 km itu hanya 3000 rupiah. Hanya saja bila anda turun di antara jalur tersebut andapun harus membayar 3000 ribu rupiah.
Saya menjadi faham mengapa wajah pak sopir tampak sumringah. Rupanya hari itu pak supir mendapatkan rupiah yang ‘lumayan’ karena banyaknya penumpang yang naik dan turun ketika rute jalur tempuhnya belum sampai pada akhir tujuan, Dinoyo.
Wajah pak supir ini menjadi inspirasi saya untuk menulis dan membuat analogi. Bila mobil diibaratkan organisasi/perusahaan sedang pak supir sebagai pemimpinnya dan penumpang yang naik turun sebagai anggota organisasi/perusahaan, maka untuk mencapai tujuan bersama kadang-kadang ada anggota organisasi yang keluar dari organisasinya karena merasa tujuannya sudah tercapai, begitukah? Atau sebaliknya, pimpinan perusahaan dapat mengeluarkan (memecat) anggotanya karena sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita organisasi.
Dalam ilmu manajemen, turn over (keluar masuknya) anggota organisasi menjadi ukuran kepuasan anggota organisasi atau perusahaan terhadap organisasi/perusahaan dimana anggota tersebut bernaung. Semakin tinggi angka turn over nya maka diduga semakin rendah tingkat kepuasan anggota terhadap organisasi atau perusahaan tersebut, atau dapat juga anggota organisasi/perusahaan tersebut mendapatkan tawaran dari organisasi/perusahaan lain yang lebih menggiurkan dari organisasinya , atau dapat juga bahwa organisasi/perusahaan tersebut sangat terkenal, tempat berlabuh. Sebagai batu loncatan bagi anggotanya karena memiliki budaya ‘training’ yang baik.
Kira-kira organisasi anda bertipe yang mana?
Bila organisasi anda bertipe yang pertama berarti organisasi anda tidak dapat memberikan atau memenuhi keinginan anggota organisasi. Sebab ketidak puasan muncul dari anggota organisasi karena organisasi tidak memiliki kemampuan mengakomodir keinginan anggota oragnisasinya seperti gaji yang layak, tempat kerja yang memadai, hubungan diantara anggota organisasi yang harmonis, kebijakan yang tidak memihak dan banyak lagi yang lainnya. Bila organisasi anda bertipe yang kedua maka bisa dipastikan bahwa organisasi anda tidak memiliki kemampuan memindai mana anggota organisasi yang berbakat dan mana yang tidak. Layaknya pemain sepak bola bintang, maka sebagai organisasi semestinya memiliki kepekaan dalam menjaga aset organisasinya. Bukan berarti memanjakan tetapi memberikan ‘perhatian’ lebih agar angota organisasi yang berbakat tidak berpindah ke lain hati. Bila organisasi anda betipe yang ketiga, maka bukan salah anggota organisasi karena memang anggota organisasi menjadikan organisasi anda sebagai batu loncatan untuk mendapatkan posisi yang lebih baik karena memang organisasi anda dikenal sebagai organisasi tempat magang sementara.
Bagaimana menurut pendapat anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H