Pada bait pertama ini belum menggambarkan peristiwa apa yang sebenarnya ingin disampaikan. Jangankan menggambarkan, memberikan sketsapun belum. Hehehe. Kita lanjut bait kedua. Cekidot.
"Anak seorang menteri
Membuat onar lagi
Menembak sampai mati
Kok nggak ada sangsi?"
Nah, baru pada bait ini sudah mulai sedikit terlihat apa yang ingin disapaikan oleh om iwan bagaikan meneropong hilal pertandan datangnya bulan suci ramadhan yang memberikan harapan baru dan dibukanya pintu taubat selebar-lebarnya. Yak elah malah dakwah. Anak seorang menteri yang menembak mati anak orang entah apa penyebabnya gua juga nggak tau. Kalo menurut gua kejadian ini terjadi di era orba. Sebab era itu lagi bringas-bringasnya rezim ordebaru. Entah menteri siapa yang dimaksud sama om iwan. Yang pasti menteri juga dikelompokan kedalam keranjang penguasa. Dalam bait selanjutnya yang pada intinya 'bukankah hal tersebut tidak sesuai dengan undang-undang yang berlaku dinegara demokrasi yang seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai kesetaraan dan hak yang sama.' sungguh ketidakadilan yang jelas kentara.
"Lain lagi dengan orang biasa
Bila mereka curiga
Langsung masuk penjara
Tanpa bukti nyata"
Betapa ironinya penegakan hukum dinegeri ini. Hukum yang tumpul keatas, namun tajam kebawah. Dimanakah kau berada duhai justicia sang dewi keadilan. Apakah hari ini penutup matamu sudah koyak dan mulai tampak warna-warni darinya. Apakah neracamu sudah mulai boleh diisi dengan nominal dan bukan lagi kebenaran. Oh dewi. Ada apa denganmu.